KOMPAS.com - Dalam pekan ini, suara gemuruh kerap terdengar oleh warga yang bermukim di sekitar Gunung Merapi.
Suara tersebut aktif terdengar sejak kenaikan status kewaspadaan dari Waspada (level II) ke Siaga (level III) pada 5 November 2020.
Kenaikan status ini karena ada kenaikan aktivitas vulkanik.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, sejak Sabtu (19/12/2020) hingga hari ini, Minggu (20/12/2020), Merapi mengeluarkan gemuruh sebanyak lima kali.
"Suara gemuruh ada lima kali yang terdengar," ujar Hanik saat dihubungi Kompas.com, Minggu (20/12/2020).
Tidak hanya suara gemuruh, lanjut Hanik, terjadi guguran sebanyak 12 kali pada pukul 00.00 hingga 06.00 WIB pagi tadi.
"Kalau guguran sendiri berdasarkan seismitas itu 12 kali," lanjut dia.
Baca juga: Cerita Mbah Asih Sang Juru Kunci, Penjaga Pintu Gunung Merapi
Sebelumnya, pada Sabtu (19/12/2020), terjadi guguran sebanyak 38 kali. Menurut Hanik, fenomena suara gemuruh dan guguran ini sudah sering terdengar.
Meski demikian, status kewaspadaan Gunung Merapi masih pada level Siaga (level III).
Dengan perkembangan situasi ini, Hanik mengatakan, lansia yang tinggal di dekat Gunung Merapi sudah dievakuasi oleh petugas.
"Sejak naik status Siaga itu untuk usia renta atau lansia sudah dievakuasi," ujar Hanik.
Sementara itu, Ketua Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani mengatakan, aktivitas Gunung Merapi belum mereda.
Menurut dia, aktivitas vulkanik Gunung Merapi hingga saat ini masih tinggi, semua parameter pemantauan masih menujukkan kecenderungan untuk erupsi.
Ia mengatakan, masih belum bisa memprediksi waktu persis kapan erupsi Gunung Merapi terjadi.
Berdasarkan data yang diambil dari Magma Indonesia pada Minggu (20/12/2020), cuaca di sekitar Gunung Merapi cenderung mendung dan hujan.