Sementara, versi lainya menyebut bahwa Single Day diciptakan oleh Alibaba untuk merayakan sebuah kondisi tidak terikat, antitesis dari hubungan romantis pada Hari Valentine.
Peringatan ini pun berkembang dengan cepat menjadi hari libur yang tidak resmi, di mana para lajang di China memanjakan diri, baik dengan makan enak atau berbelanja.
Menyadari potensi ini, Alibaba dan pendirinya Jack Ma mengubah peringatan tersebut menjadi sebuah momentum festival belanja dan berhasil meraup miliaran dollar.
Baca juga: Mengapa Penghitungan Suara Pilpres AS Membutuhkan Waktu yang Lama?
Tahun lalu, nilai barang dagangan bruto pada Single Day mencapai lebih dari 210 miliar yuan atau dua kali lipat dari gabungan nilai produk festival belanja lainnya seperti Black Friday dan Cyber Monday.
Tahun ini, Single Day dimulai lebih awal dengan periode penjualan online pada 1-3 November untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat dari konsumen China.
Melansir BBC, Selasa (10/11/2020), Cainiao, bagian logistik dari Alibaba mengatakan, pihaknya menggunakan lebih dari 3.000 penerbangan charter dan kapal kargo jarak jauh untuk membawa barang ke China.
Baca juga: Cara, Aturan hingga Alasan Mengapa Masker Kain Harus Dicuci Setiap Hari
Sementara itu, total 3 juta orang di Cainiao dan mitranya akan terlibat dalam kegiatan logistik secara global di gedung dan pelabuhan.
Selain itu, juga akan menggunakan lebih dari 10.000 loker mobile yang memungkinkan pelanggan mengambil paket tanpa adanya kontak.
Cainiao juga berencana untuk mengoperasikan lebih dari 700 penerbangan charter guna mengirimkan paket keluar China.
Baca juga: Mengapa Aksi Demonstrasi di Indonesia Identik dengan Bakar-bakar di Tengah Jalan?