Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Bentuk Nisan pada Makam di Indonesia Seragam?

Kompas.com - 21/09/2020, 08:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Ngowot, Kelurahan Tawangrejo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun belum lama ini ramai diperbincangkan masyarakat.

Penyebabnya adalah nisan di TPU itu dicat warna-warni dan jauh dari kesan yang menyeramkan. Foto-foto TPU tersebut pun menjadi viral di media sosial.

Diberitakan Kompas.com (28/6/2020), setelah viral, TPU Nguwot menjadi ajang selfie bagi warga sekitar, khususnya anak-anak.

Baca juga: Viral Video Kades di Wonosobo Sumbang Tanah untuk Makam Pasien Virus Corona

Selain terlihat berwarna-warni, ada hal menarik lain dari TPU Nguwot dan TPU secara umum di Indonesia, yakni bentuk batu nisan yang seragam.

Mengapa bisa begitu? 

Dosen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (Unair) Purnawan Basundoro mengatakan, desain batu nisan yang seragam itu tidak terlepas dari proses penyebaran ajaran Islam di Indonesia.

"Kalau mengacu pada bentuk batu nisan makam Islam di Jawa, itu yang pertama adalah pada makam Fatimah binti Maimun, dan juga pada makam Maulana Malik Ibrahim," kata Purnawan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (20/9/2020)

Fatimah binti Maimun dan Maulana Malik Ibrahim adalah dua tokoh yang diyakini sebagai pelopor dalam menyebarkan ajaran Islam di Nusantara. 

Keseragaman desain batu nisan, menurut Purnawan berasal dari proses adopsi budaya yang dilakukan oleh masyarakat pemeluk Islam pada saat itu.

"Karena kemudian persepsi orang 'Oh, batu nisan untuk Islam harus begini'. Sehingga akhirnya desain makam yang seperti itu yang dijadikan patokan. Untuk membedakan dengan batu nisan yang non-Islam," katanya lagi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Dibukanya Makam Raja Tutankhamen di Mesir

Tidak berasal dari Arab

Purnawan mengatakan, pada masa itu, batu nisan pada makam-makam Islam dihiasi dengan kaligrafi.

Hal itu tidak hanya bisa dilihat pada makam Islam di Jawa, tapi juga di daerah lain seperti di Aceh, dan kawasan-kawasan lain di Sumatera.

"Kaligrafi biasanya diukir pada batu yang bentuknya melengkung. Dugaan saya, lengkungan itu sebenarnya tidak memiliki makna-makna tertentu. Karena itu adalah murni untuk menulis kaligrafi, tetapi lengkungan itu tampaknya mengacu pada kubah masjid," imbuhnya.

Baca juga: Beragam Respons Dunia atas Perubahan Status Hagia Sophia Menjadi Masjid

Purnawan mengatakan, tradisi mengukir kaligrafi pada batu nisan mulai dikenal ketika Islam menyebar ke kawasan Asia Selatan, seperti Gujarat.

Dia beralasan, tradisi mengukir kaligrafi itu tidak terlihat pada makam-makam Islam di jazirah Arab.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com