Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Bentuk Nisan pada Makam di Indonesia Seragam?

Kompas.com - 21/09/2020, 08:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Makam di Arab tidak pernah diberi batu nisan semacam itu. Hanya ditaruh batu biasa saja sebagai penanda," kata Purnawan.

Baca juga: Alih Fungsi Masjid di Saat Corona, dari Bank Makanan hingga Tempat Penyimpanan Mayat

Begitu Islam masuk ke Gujarat, dan India, tradisi ukiran pada batu nisan itu mulai muncul, karena memang seni pahat atau ukir lebih maju di kawasan itu, dibuktikan dengan adanya Yupa, yang berakar dari tradisi Hindu-Buddha.

"Itu kemudian berpengaruh pada batu nisan yang kemudian dibuat oleh penyiar Islam yang datang ke Nusantara dari kawasan-kawasan itu," kata Purnawan.  

Meski demikian, tradisi mengukir kaligrafi itu lama kelamaan mulai ditinggalkan.

Purnawan mengatakan, penyebabnya adalah kerumitan dalam proses pembuatannya, sehingga kini yang tersisa hanyalah kesamaan bentuk batu nisannya saja.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Taj Mahal Selesai Dibangun, Bagaimana Prosesnya?

Akulturasi budaya

Mengutip Sumber Belajar Kemdikbud RI, seni bangunan dan arsitektur Islam di Indonesia bersifat unik dan akulturatif.

Diberitakan Kompas.com (21/4/2020), salah satu seni bangunan zaman perkembangan Islam yang menonjol adalah makam.

Makam-makam Islam berlokasi di dataran dekat masjid agung, bekas kota pusat kesultanan.

Baca juga: Siapa Pangeran Abu Dhabi yang Hadiahi Jokowi Masjid di Solo?

Terdapat pula makam-makam yang penempatannya di dataran tinggi, yang menunjukkan akulturasi dengan tradisi kepercayaan pada ruh-ruh nenek moyang yang sebelumnya sudah dikenal dalam pengejawantahan pendirian punden-punden berundak Megalitik.

Tradisi tersebut dilanjutkan pada masa kebudayaan Indonesia masa Hindu-Buddha yang diwujudkan dalam bentuk bangunan-bangunan yang disebut candi.

Setelah kebudayan Hindu- Buddha mengalami keruntuhan dan tidak lagi ada pendirian bangunan percandian, unsur seni bangunan masih diteruskan pada masa tumbuh dan berkembangnya Islam di Indonesia melalui proses akulturasi.

Baca juga: Mengenang 14 Tahun Gempa Yogyakarta dan Solidaritasnya untuk Bangkit

Makam-makam yang berlokasi di atas bukit, paling atas dan dianggap paling dihormati, contoh Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) di Gunung Sembung dan makam Sultan Agung Hanyokrokusumo di bagian teratas kompleks pemakaman Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta.

Makam walisongo dan sultan-sultan pada umumnya ditempatkan dalam bangunan yang disebut cungkup yang masih bergaya kuno dan juga dalam bangunan yang sudah diperbarui.

Cungkup-cungkup yang termasuk kuno antara lain cungkup makam Sunan Giri, Sunan Derajat, dan Sunan Gunung Jati.

Ada juga cungkup yang sudah diperbaiki tetapi masih menunjukkan kekunoannya seperti cungkup makam sultan-sultan Demak, Banten dan Ratu Kalinyamat Jepara.

Baca juga: Berkaca dari Gempa di Rangkasbitung dan Jepara, Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com