"Aku rasa, merdeka itu proses, bukan tujuan," ujar Satya saat dihubungi secara terpisah, Minggu.
Menurut dia, kita, Indonesia, dan dunia tidak mungkin merdeka seutuhnya. Yang harus dilakukan adalah dengan berproses menuju merdeka.
Jurnalis media daring, Rizka Nur Laily Muallifah (24) atau akrab disapa Ifa, punya pemaknaan berbeda soal kemerdekaan.
Baca juga: Kisah di Balik Sejarah Paskibraka, Berawal dari Perintah Presiden Soekarno
"Kemerdekaan kumaknai saat seluruh rakyat tak peduli apapun latar belakang sosial-ekonominya bisa merdeka sandang, papan, pangan, dan lainnya," ujar Ifa kepada Kompas.com, Minggu.
Menurut Ifa, dalam lingkup lebih kecil, merdeka berarti hidup merdeka sesuai porsi dan proporsi serta pemaknaan masing-masing orang.
Dalam rangka HUT Kemerdekaan Indonesia, Ifa berharap makin banyak warga Indonesia yang tercukupi kebutuhan raga dan rohaninya.
"Kemudian, masyarakat mengalami kehidupan seru bersosial karena telah berdaulat/berdikari yang pada akhirnya mewujudkan bangsa yang juga begitu," ujar Ifa.
"Aku tidak berpikir muluk bangsa kita akan punya pencapaian ilmu pengetahuan misalnya mendarat di planet lain. Meski itu sungguh perlu di masa yang entah kapan," lanjut dia.
Editor buku anak, Fera Safitri (23), mengatakan, makna kemerdekaan baginya adalah bisa menentukan nasib sendiri dan memberdayakan potensi yang dimiliki.
"Merdeka artinya akhil balig, sudah punya keleluasaan buat menentukan nasibnya sendiri dan menggunakan potensinya sendiri," ujar Fera.
Pada momen kemerdekaan ke-75, apa harapannya bagi Indonesia?
"Harapanku buat Indonesa: Jangan jadi kolonial dan lebih percaya pada ilmu pengetahuan," lanjut Fera.
Baca juga: Profil Ibu Fatmawati Soekarno dan Kisahnya Menjahit Sang Merah Putih...