Alasannya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II masih akan negatif.
"Resesi sudah terjadi, tidak bisa dihindari. Kuartal II masih akan negatif, tidak bisa dihindari," ujar Anthony.
Baca juga: Menilik Potensi Resesi Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19...
Menurut dia, kuartal III nantinya akan lebih dalam negatifnya dibandingkan kuartal II.
"Alasannya, PDB kuartal II pada 2020 minus Rp 284 triliun dari kuartal II 2019. Dan PDB kuartal III 2019 bahkan lebih tinggi dari kuartal II 2019. Jadi, kalau PDB kuartal III 2020 ini sama dengan kuartal II 2020 maka ekonomi akan minus 8 persen," lanjut dia.
Anthony mengatakan, tidak ada tanda ekonomi triwulan ini akan jauh lebih baik dari triwulan sebelumnya.
Konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor, semua masih stagnan bahkan melemah.
Sementara itu, mengenai bantuan yang akan diberikan kepada karyawan bergaji di bawah Rp 5.000.000, Anthony mengatakan, hal itu akan efektif jika memang bisa dijalankan pada September 2020.
"Dampak stimulus ini dengan total anggaran sekitar Rp 31 triliun, dampaknya terhadap ekonomi sangat minim, hampir tidak terasa. Tapi tentu saja lumayan membantu bagi masyarakat yang terkena dampak pandemi," ujar dia.
Seperti diberitakan, pemerintah akan memberikan bantuan berupa stimulus Rp 600.000 kepada karyawan yang bekerja pada basis swasta dengan gaji di bawah Rp 5 juta per bulan dan terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan dengan iuran di bawah Rp 150.000 per bulannya.
Baca juga: Filipina Alami Resesi di Tengah Lockdown Kedua Virus Corona