Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Lebanon Selidiki Kemungkinan Ledakan di Beirut Dipicu Roket

Kompas.com - 08/08/2020, 15:45 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Lebanon Michel Aoun membuka penyelidikan akan kemungkinan ledakan di Kota Beirut dipicu oleh roket, bom, atau gangguan eksternal lainnya.

Dilansir ABC, Sabtu (8/8/2020), Aoun mengatakan penyelidikan juga akan mempertimbangkan apakah ledakan di Beirut karena kelalaian atau kecelakaan.

"Penyebabnya belum ditentukan. Ada kemungkinan gangguan eksternal melalui roket atau bom atau tindakan lain," kata Aoun.

Saat ini, kata dia, sudah ada dua puluh orang yang ditahan yang diduga bertanggung jawab atas ledakan di Lebanon pada Selasa (4/8/2020).

Setelah ledakan terjadi, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan militer AS telah mengatakan kepadanya bahwa mereka mengira ledakan di Lebanon disebabkan oleh sejenis bom.

Tetapi, pejabat Pentagon mengatakan tidak ada bukti serangan apa pun.

Namun sehari kemudian, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengungkapkan dirinya sangat percaya ledakan di Lebanon adalah kecelakaan.

Israel, yang telah berperang dengan Lebanon, membantah terlibat dalam ledakan ini. Mereka bahkan menawarkan bantuan untuk Lebanon beberapa saat setelah ledakan terjadi.

Baca juga: Protes Pecah Setelah Ledakan Mengguncang Ibu Kota Lebanon, Tuntut Pemerintah Mundur


Pejabat pelabuhan dinilai harus disalahkan

Ledakan di kawasan pelabuhan Kota Beirut diduga membesar karena adanya 2.750 ton amonium nitrat yang digunakan sebagai pupuk di sebuah gudang.

Kapten kapal MV Rhosus yang membawa amonium nitrat ke Beirut, Boris Prokoshev, menyiratkan pejabat Lebanon yang harus disalahkan atas bencana ledakan tersebut.

Amonium nitrat tersebut tiba di Beirut dengan kapal kargo berbendera Moldova pada tahun 2013.

Kapal itu sedang melakukan perjalanan dari Georgia ke Mozambik. Kapal berhenti di Beirut karena pemiliknya mengalami masalah keuangan.

Namun, di pelabuhan Beirut, kapal bersama amonium nitrat itu disita usai pemiliknya menolak untuk membayar biaya pelabuhan dan denda.

Menurut Boris, para pejabat pelabuhan bisa saja membiarkan kapal meninggalkan Beirut daripada mengejar pemiliknya untuk biaya pelabuhan yang belum dibayar.

Pencarian korban di darat dan laut

Pelabuhan Beirut setelah ledakan dahsyat akibat 2.750 ton amonium nitrat pada Rabu (5/8/2020).REUTERS via BBC INDONESIA Pelabuhan Beirut setelah ledakan dahsyat akibat 2.750 ton amonium nitrat pada Rabu (5/8/2020).

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com