Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Presiden Lebanon Selidiki Kemungkinan Ledakan di Beirut Dipicu Roket

Dilansir ABC, Sabtu (8/8/2020), Aoun mengatakan penyelidikan juga akan mempertimbangkan apakah ledakan di Beirut karena kelalaian atau kecelakaan.

"Penyebabnya belum ditentukan. Ada kemungkinan gangguan eksternal melalui roket atau bom atau tindakan lain," kata Aoun.

Saat ini, kata dia, sudah ada dua puluh orang yang ditahan yang diduga bertanggung jawab atas ledakan di Lebanon pada Selasa (4/8/2020).

Setelah ledakan terjadi, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan militer AS telah mengatakan kepadanya bahwa mereka mengira ledakan di Lebanon disebabkan oleh sejenis bom.

Tetapi, pejabat Pentagon mengatakan tidak ada bukti serangan apa pun.

Namun sehari kemudian, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengungkapkan dirinya sangat percaya ledakan di Lebanon adalah kecelakaan.

Israel, yang telah berperang dengan Lebanon, membantah terlibat dalam ledakan ini. Mereka bahkan menawarkan bantuan untuk Lebanon beberapa saat setelah ledakan terjadi.

Pejabat pelabuhan dinilai harus disalahkan

Ledakan di kawasan pelabuhan Kota Beirut diduga membesar karena adanya 2.750 ton amonium nitrat yang digunakan sebagai pupuk di sebuah gudang.

Kapten kapal MV Rhosus yang membawa amonium nitrat ke Beirut, Boris Prokoshev, menyiratkan pejabat Lebanon yang harus disalahkan atas bencana ledakan tersebut.

Amonium nitrat tersebut tiba di Beirut dengan kapal kargo berbendera Moldova pada tahun 2013.

Kapal itu sedang melakukan perjalanan dari Georgia ke Mozambik. Kapal berhenti di Beirut karena pemiliknya mengalami masalah keuangan.

Namun, di pelabuhan Beirut, kapal bersama amonium nitrat itu disita usai pemiliknya menolak untuk membayar biaya pelabuhan dan denda.

Menurut Boris, para pejabat pelabuhan bisa saja membiarkan kapal meninggalkan Beirut daripada mengejar pemiliknya untuk biaya pelabuhan yang belum dibayar.

Data terakhir, ledakan besar di Lebanon telah menewaskan sedikitnya 154 orang dan melukai 5.000 orang.

Tim penyelamat masih melakukan pencarian terhadap korban yang kemungkinan masih tertimbun puing-puing gedung.

Tak hanya dilakukan di darat, tim penyelamat turut melakukan pencarian korban di laut, bahkan hingga malam hari menggunakan lampu.

Sebab, beberapa korban dilaporkan terlempar ke laut akibat terhempas gelombang yang muncul saat ledakan.

Namun di sisi lain, banyak rumah sakit yang rusak berat karena gelombang kejut yang ditimbulkan.

Rumah sakit yang bertahan pun kini kewalahan dalam merawat korban ledakan di tengah pandemi virus corona yang juga menginfeksi masyarakat setempat.

Beragam tawaran bantuan untuk Lebanon pun mengalir dari negara-negara Arab hingga negara-negara Barat.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/08/154500665/presiden-lebanon-selidiki-kemungkinan-ledakan-di-beirut-dipicu-roket

Terkini Lainnya

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

Tren
Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Tren
7 Makanan Obat Alami Asam Urat dan Makanan yang Harus Dihindari

7 Makanan Obat Alami Asam Urat dan Makanan yang Harus Dihindari

Tren
Skandal Burning Sun, Sisi Gelap di Balik Gemerlap Kpop

Skandal Burning Sun, Sisi Gelap di Balik Gemerlap Kpop

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke