BEIRUT, KOMPAS.com - Protes anti-pemerintahan meletus di gedung parlemen di Beirut, Lebanon, Kamis (6/8/2020) malam.
Aksi unjuk rasa tersebut terjadi dua hari pasca-ledakan yang mengguncang Beirut pada Selasa (4/8/2020).
Puluhan orang melakukan pelemparan batu sedangkan polisi menembakkan gas air mata ke kerumunan massa sebagaimana dilansir dari CBS News, Jumat (7/8/2020).
Banyak orang Lebanon menyalahkan para pejabat Lebanon atas ledakan di Beirut yang menyita perhatian seluruh dunia tersebut.
Para pengunjuk rasa memprotes para pejabat karena dituduh salah mengurusi negara dan menuduh mereka korup sehingga menggiring Lebanon ke ambang kehancuran perekonomian.
Pada Kamis pagi, Presiden Perancis Emmanuel Macron mengunjungi Lebanon dan menjanjikan bantuan.
Baca juga: Viral, Foto Momen Terakhir 3 Pemadam Kebakaran Sebelum Ledakan di Beirut, Lebanon
Namun, dia memperingatkan bahwa dia tidak akan memberikan "cek kosong” terhadap apa yang disebutnya sebagai sistem yang tidak lagi dipercaya rakyat.
Secara mencolok, Macron bahkan meminta rakyat Lebanon untuk menciptakan “tatanan politik baru”.
Saat Macron berjalan melewati salah satu kawasan yang paling parah terkena dampak ledakan, Gemmayzeh, kerumunan massa berkumpul di sekitarnya.
Mereka meneriakkan kemarahan mereka dan meneriakkan "Revolusi!" dan "Rakyat ingin menjatuhkan rezim!".
Pemimpin Prancis itu mengatakan kepada mereka bahwa dia akan mengusulkan "pakta politik baru" ketika dia bertemu dengan pemerintah Lebanon.
Baca juga: Presiden Lebanon Sudah Tahu soal Amonium Nitrat 3 Pekan Sebelum Meledak di Beirut
“Saya akan kembali pada 1 September dan jika mereka tidak dapat melakukannya, saya akan bertanggung jawab atas Anda," sambung Macron.