Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar 40 Tempat Wisata di Yogyakarta yang Sudah Buka dan Aturannya

Kompas.com - 08/08/2020, 18:27 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah tempat wisata di Indonesia mulai dibuka atau uji coba terbatas selama pandemi virus corona, tak terkecuali di Yogyakarta.

Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, Singgih Raharjo, mengungkapkan saat ini sudah ada 40 tempat wisata di Yogyakarta yang sudah dibuka atau uji coba terbatas.

Ia mengungkapkan wisatawan di Yogyakarta masih didominasi wisatawan lokal dan Jawa Tengah.

"Provinsi lain belum signifikan jumlahnya. Awal Juli hingga weekend kemarin (wisatawan yang datang ke DIY) kira-kira 200.000 ribuan yang terdata di kita," ujar Singgih saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (8/8/2020).

Baca juga: KAI Tambah Empat Kereta yang Berangkat dari Jakarta ke Solo, Yogyakarta, dan Surabaya, Apa Saja?

Berikut daftar 40 tempat wisata di Yogyakarta yang sudah dibuka:

  1. Argowisata Bhumi Merapi
  2. Air Terjun Kedung Pedut
  3. Bukit Lintang Sewu
  4. Bukit Panguk Kediwung
  5. Bukit Paralayang Watugupit
  6. Bukit Wisata Pulepayung
  7. Desa Wisata Nglanggeran
  8. Eduwisata Setren Opak
  9. Gardu Pandang Kaliurang
  10. Gerbang Banyu Langit
  11. Goa Kalisuci
  12. Goa Rancang Kencono
  13. Goa Ningrong
  14. Grojogan Watu Purbo
  15. Gunung Kuniran
  16. Hutan Mangrove Kadilangu
  17. Jogja Exotarium
  18. Kaliurang
  19. Kawasan Pantai Baron
  20. Kawasan Pantai Gesing
  21. Kawasan Pantai Nguyahan
  22. Kawasan Pantai Siung
  23. Kawasan Pantai Wediombo
  24. Museum Batik Yogyakarta
  25. Museum Dharma Wiratama
  26. Museum Gunung Merapi
  27. Museum Negeri Sonobudoyo
  28. Pantai Glagah
  29. Pantai Ngedan
  30. Pantai Parangtritis
  31. Pantai Timang
  32. Pasar Kebon Empring
  33. Pinus Pengger
  34. Pinus Sari
  35. Puncak Becici
  36. Seribu Batu Songgo Langit
  37. Taman Pintar Yogyakarta
  38. Taman Sungai Mudal
  39. Tebing Breksi
  40. Wisata Kalibiru

Aturan berwisata di masa pandemi

Singgih Raharjo menjelaskan ada aturan yang berlaku bagi pihak yang ingin berwisata di Yogyakarta pada masa pandemi virus corona, disebut dengan Pranatan Anyar Plesiran Jogja.

"Itu SOP, yang bahasa Indonesianya cara baru berwisata di Yogyakarta. Itu memuat panduan untuk berwisata baik itu di hotel, restoran, tempat wisata, dan lainnya," kata Singgih ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (8/8/2020).

Pedoman itu disusun berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 48 Tahun 2020, Surat Edaran Kementerian Kesehatan, serta aturan dalam Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) dan WHO.

Singgih menjelaskan dalam protokol tersebut wisatawan yang datang wajib menggunakan masker, cuci tangan, dan menjaga jarak.

Ia menjelaskan tidak ada batasan wisatawan berasal dari mana. Hanya saja, untuk wisatawan yang berasal dari zona merah penyebaran Covid-19 harus membawa surat keterangan sehat atau hasil rapid test non reaktif.

Selain itu, Singgih mengungkapkan wisatawan yang rombongan, seperti menggunakan bus, belum diperbolehkan.

Sedangkan, untuk wisatawan dari luar negeri, menurutnya memang belum bisa masuk ke Indonesia. Jika nantinya sudah bisa masuk ke Indonesia, wisatawan luar negeri harus tes swab PCR terlebih dahulu.

Baca juga: Turunkan Harga Jadi Rp 5.000 Per Porsi Saat Pandemi, Mi Ayam di Yogyakarta Laku 300 Mangkuk Per Hari

Reservasi wisata lewat aplikasi

Tangkapan layar laman Visiting Jogja untuk reservasi tiket wisata JogjaDinas Pariwisata DIY Tangkapan layar laman Visiting Jogja untuk reservasi tiket wisata Jogja

Para wisatawan yang akan mengunjungi Yogyakarta dapat melakukan reservasi melalui website dan aplikasi Visiting Jogja, yang bisa diunduh di Play Store dan Appstore.

Singgih menyarankan wisatawan melakukan reservasi agar pemerintah mendapat data wisatawan. Hal itu bertujuan memudahkan pelacakan kontak jika ada kasus Covid-19.

Selain itu, reservasi juga diperlukan untuk memastikan wisatawan bisa masuk di lokasi, karena jumlah pengunjung masih dibatasi maksimal 50 persen dari kapasitas.

"Saya merekomendasikan untuk reservasi supaya nanti di loket juga tidak terlalu lama mengantri dan tidak menimbulkan kerumunan," ujar Singgih.

Dia menjelaskan dengan melakukan reservasi, wisatawan dapat menghemat waktu. Tak seperti biasanya, saat pandemi wisatawan yang hendak masuk perlu melalui serangkaian kegiatan.

Wisatawan akan dicek suhunya, didata petugas, cuci tangan, dan sebagainya. Sementara itu jika wisatawan sudah reservasi, di tempat wisata hanya perlu menunjukkan barcode dan cuci tangan.

Bagi wisatawan yang melakukan reservasi bisa melakukan pembayaran melalui e-wallet atau transfer bank, serta membayar di tempat wisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa 'Kerja' untuk Bayar Kerugian

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa "Kerja" untuk Bayar Kerugian

Tren
Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Tren
4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com