Karena peningkatan jumlah pasien positif Covid-19 di Surabaya yang menyumbang jumlah terbesar angka di Jawa Timur dan angka Nasional, Presiden Joko Widodo sampai menaruh perhatian khusus untuk provinsi ini.
Terkait status ini, muncul polemik antara Provinsi Jawa Timur dan Kota Surabaya. Jawa Timur menandai Suarabaya sebagai zona hitam. Surabaya tidak terima dengan tanda atau label itu.
Ketegangan dan kurang harmonisnya hubungan antara dua kepala daerah yaitu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menambah polemik ini.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Don Monardo sampai turun tangan ke Jawa Timur dan Surabaya. Doni memuji langkah-langkah Surabaya yang gencar melakukan rapid test untuk mendapatkan pasien positif Covid-19. Tanda zona kemudian diperbaiki tidak lagi hitam tetapi merah tua.
Kedua, bersamaan dengan polemik di pusatnya Jawa Timur, Tri Rismaharini pamit dari Surabaya yang dicintai dan dikelolanya. Setelah dua periode memimpin Surabaya dengan sejumlah prestasinya, Risma tidak bisa lagi mencalonkan diri setelah masa jabatannya berakhir awal 2021.
Warga Surabaya dan kita yang pernah ke Surabaya setidaknya lima tahun terkahir pasti kehilangan. Namun, jejak dua periode Risma di jalan-jalan yang tertata rapi dan teduh membuat rasa kehilangan itu berkurang. Tentu saja, jika upaya penataan kota yang baik tersebut dilanjutkan.
Selain Jakarta dan Surabaya, pekan lalu, langkah pemerintah pusat memblokir internet di Papua dan Papua Barat pada Agustus 2019 dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Saat membacakan putusan, 3 Juni 2020, Hakim Ketua Nelcy Christin menyatakan, tindakan pemerintah dalam hal ini Presiden Republik Indonesia dan Menteri Komunikasi dan Informatika adalah perbuatan melanggar hukum.
Ketidakcermatan yang menimbulkan kerugian itu lantas diperbaiki. Kami meminta maaf atas kekeliruan itu seperti diatur dalam pasal 10 kode etik jurnalistik. Ini menjadi catatan penting bagi perbaikan kami untuk menghadirkan berita terpercaya.
Dari luar negeri, pekan lalu dan berlanjut sampai hari-hari ini, kita menyaksikan unjuk rasa yang meluas di Amerika Serikat usai kematian warga Afrika-Amerika George Floyd di lutut Derek Chauvin, polisi berkulit putih di Minneapolis yang menangkapnya pada 25 Juni 2020.
Kematian tidak wajar ini kemudian meluaskan unjuk rasa anti-rasialisme di Amerika Serikat dan sejumlah negara lain.
Sepanjang pekan lalu, terkait kasus ini, terselip kisah warga Indonesia yang dikenali dari tato di lengannya dan membuat banyak di antara kita malu lantaran penjarahan yang dilakukannya.
Kembali ke upaya bersama kita menghentikan penyebaran Covid-19, pekan lalu, 5 Juni 2020, WHO akhirnya mengeluarkan seruannya terkait penggunaan masker bagi semua orang.
Agak telat sebenarnya, tapi tidak mengapa juga. Kita semua sudah gencar menyerukannya jauh-jauh hari sebelumnya.