Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Editor's Letter untuk Jakarta yang Perlu Segera Kita Menangkan

Kompas.com - 02/06/2020, 08:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di dua bulan pertama, anak-anak saya bergantian bertanya hal ini. Di bulan ketiga, pertanyaan tidak lagi diajukan. Bukan karena sudah ada jawaban meyakinkan, tetapi karena sudah lebih bisa menerima ketidakpastian.

Sampai saat ini, untuk jawaban kapan situasi tidak pasti ini akan berlangsung, tidak ada yang bisa memastikan lantaran banyak juga versinya.

Jawaban paling umum adalah bersiap dalam situasi seperti ini hingga dua tahun. Acuannya adalah lamanya waktu untuk menemukan vaksin Covid-19.

Kabar baiknya, upaya para peneliti di seluruh dunia yang bahu membahu membuahkan hasil signifikan. Upaya peneliti di Indonesia untuk menemukan vaksin itu pun demikian.

Nah, selama dua tahun menunggu itu, apa yang perlu diupayakan?

Awal Mei 2020, kita mendengar istilah berdamai dengan Covid-19 dari Presiden Joko Widodo. Istilah yang banyak dipakai oleh banyak pihak di berbagai negara sebagai respons atas situasi menanti yang panjang.

Turunan dari berdamai dengan Covid-19 adalah memasuki era normal baru untuk sejumlah aktivitas yang sebelumnya dibatasi dengan ketat. Normal baru itu akan memberi kelonggaran aktivitas ekonomi yang terhenti dengan pengetatan protokol kesehatan.

Aktivitas menjaga kesehatan dan mengerakkan ekonomi tidak dipertentangkan. Istilah berdamai dengan Covid-19 dan penerapan normal baru dengan protokol kesehatan menjadi tanda tidak adanya pertentangan itu. 

Lalu, apakah serta merta pelonggaran aktivitas ekonomi dilakukan di seluruh Indonesia mengingat masih tingginya kasus positif Covid-19?

Tentu tidak. Kondisi masing-masing daerah berbeda. Data epidemiologi dan kondisi nyata di lapangan akan menjadi acuan untuk pelonggaran, normal baru dan hidup berdamai dengan Covid-19 ini.  

Seperti ketika daerah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), keputusan pelonggaran ada dalam koordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19

Petugas bersiap menyemprotkan cairan disinfektan di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (22/3/2020). Pemprov DKI Jakarta melakukan penyemprotan fasilitas umum menggunakan cairan disinfektan di lima wilayah DKI Jakarta untuk mencegah penyebaran virus Corona atau COVID-19.ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR Petugas bersiap menyemprotkan cairan disinfektan di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (22/3/2020). Pemprov DKI Jakarta melakukan penyemprotan fasilitas umum menggunakan cairan disinfektan di lima wilayah DKI Jakarta untuk mencegah penyebaran virus Corona atau COVID-19.
Untuk pelonggaran dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan ini, perhatian pemerintah dan semua pemangku kepentingan akan tertuju ke Jakarta yang sangat strategis dari semua aspek.

Pemerintah berharap, Jakarta yang selama ini menjadi episentrum penyebaran Covid-19 di Indonesia dan telah tiga kali memperpanjang PSBB dapat segera dimenangkan. 

Kemenangan di Jakarta akan menambah kepercayaan diri bersama untuk menangani Covid-19 di dareah-daerah lain yang lebih kecil skala dan kerumitannya. Untuk itu, upaya bersama tengah dilakukan.

Dengan tetap mengingat kritik dan sejumlah catatan, upaya untuk meraih kemenangan di Jakarta sudah mulai terlihat tanda-tandanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Banjir Mahakam Ulu Kaltim Terparah dalam Sejarah, BMKG Ungkap Penyebabnya

Banjir Mahakam Ulu Kaltim Terparah dalam Sejarah, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

Tren
Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Tren
Sosok Dian Andriani Ratna Dewi, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama di TNI AD

Sosok Dian Andriani Ratna Dewi, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama di TNI AD

Tren
Erick Thohir Bertemu KNVB untuk Jalin Kerja Sama, Ini Poin-poin yang Direncanakan

Erick Thohir Bertemu KNVB untuk Jalin Kerja Sama, Ini Poin-poin yang Direncanakan

Tren
Mengenal 'Kidult', Dewasa Muda di Zona Nyaman Masa Kecil

Mengenal "Kidult", Dewasa Muda di Zona Nyaman Masa Kecil

Tren
Revisi UU MK dan Catatan Panjang Pembentukan Undang-Undang 'Kejar Tayang' Era Jokowi

Revisi UU MK dan Catatan Panjang Pembentukan Undang-Undang "Kejar Tayang" Era Jokowi

Tren
Bangsa yang Menua dan Kompleksitas Generasi Muda

Bangsa yang Menua dan Kompleksitas Generasi Muda

Tren
Duet Minions Berakhir Usai Kevin Sanjaya Pensiun, Siapa Penerusnya?

Duet Minions Berakhir Usai Kevin Sanjaya Pensiun, Siapa Penerusnya?

Tren
Google Perkenalkan Produk AI Baru Bernama Project Astra, Apa Itu?

Google Perkenalkan Produk AI Baru Bernama Project Astra, Apa Itu?

Tren
9 Potensi Manfaat Edamame untuk Kesehatan, Termasuk Mengurangi Risiko Diabetes

9 Potensi Manfaat Edamame untuk Kesehatan, Termasuk Mengurangi Risiko Diabetes

Tren
Warganet Keluhkan Harga Tiket Laga Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang Mahal, PSSI: Kami Minta Maaf

Warganet Keluhkan Harga Tiket Laga Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang Mahal, PSSI: Kami Minta Maaf

Tren
Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Tren
5 Manfaat Minum Teh Earl Grey Setiap Hari, Mengusir Sedih dan Menurunkan Berat Badan

5 Manfaat Minum Teh Earl Grey Setiap Hari, Mengusir Sedih dan Menurunkan Berat Badan

Tren
Ramai Larangan 'Study Tour' Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Ramai Larangan "Study Tour" Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com