Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nol Korban Meninggal, Bagaimana Vietnam Berhasil Menangani Pandemi Corona?

Kompas.com - 15/05/2020, 13:12 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Sumber ABC

KOMPAS.com - "Kalian tak perlu khawatir, di antara bangsa Vietnam tak ada yang menang atau kalah. Hanya bangsa Amerika yang dikalahkan,"

Begitulah bunyi pernyataan terkenal Kolonel Bui Tin dari Vietnam Utara saat menerima pernyataan menyerah dari Vietnam Selatan.

Pernyataan pada 30 April 1975 tersebut menandai berakhirnya Perang Vietnam sekaligus membuktikan ketangguhan Vietnam yang berhasil memukul mundur Amerika Serikat yang pada saat itu dipandang sebagai negara adidaya.

Hari ini, 45 tahun berselang. Vietnam kembali mencatatkan sebuah pencapaian membanggakan yang bahkan tidak bisa dicapai oleh Amerika Serikat, Italia, Inggris dan sejumlah negara maju lainnya.

Baca juga: Vietnam Mulai Buka Tempat Wisata untuk Wisatawan Domestik

Vietnam berhasil mengendalikan pandemi virus corona yang melanda seluruh dunia. Tidak ada korban meninggal dunia akibat virus corona yang terjadi di Vietnam sampai sejauh ini.

Sementara itu, total kasus infeksi virus corona penyebab Covid-19 yang tercatat di laman Worldometer hingga hari Jumat (15/5/2020) sebanyak 312 kasus dengan 260 pasien dinyatakan sembuh.

Cukup mengejutkan

Pencapaian ini cukup mengejutkan, mengingat negara ini berbatasan langsung dengan China, tempat virus corona penyebab Covid-19 diyakini berasal.

Selain itu, negara ini juga memiliki populasi cukup besar yakni 90 juta jiwa dengan pendapatan per kapita yang 22 kali lebih rendah dari Australia, dan jelas bahwa Vietnam tidak lebih kaya dari Singapura.

Namun, bila dibandingkan dengan Singapura yang mencatatkan total kasus sebanyak 26.098 kasus dan 21 kematian, maka Vietnam bisa lebih baik dalam penanganan pandemi ini.

"Australia benar-benar fokus pada Singapura tetapi Singapura adalah salah satu kegagalan terbesar di dunia saat ini," kata Mike Toole, spesialis penyakit menular dari Burnet Institute yang berbasis di Melbourne, dilansir dari ABC (13/5/2020).

Apakah prestasi Vietnam bisa dipercaya?

Vietnam adalah negara satu partai yang otoriter, dan terkenal sangat ketat dalam berbagi informasi.

Tetapi sebagian besar ahli percaya bahwa pemerintah Vietnam menyampaikan data statistik virus corona dengan jujur.

Suasana Kota Hanoi, Vietnam, 28 Maret 2020.Shutterstock/Asia Images Suasana Kota Hanoi, Vietnam, 28 Maret 2020.

Huong Le Thu, seorang analis di Australian Strategic Policy Institute, mengatakan bahwa laporan dari organisasi internasional, ahli epidemiologi asing dan bahkan duta besar Australia untuk Hanoi yang mengakui validitas data pemerintah Vietnam, membuatnya "tidak punya alasan" untuk meragukan angka-angka tersebut.

Baca juga: Cara Vietnam Atasi Covid-19, Bisakah Ditiru Indonesia?

Kantor berita Reuters melaporkan tidak ada satu pun dari 13 rumah duka yang dihubungi di Hanoi yang mengalami peningkatan pemakaman selama pandemi.

"Saya tahu pernyataan saya ini terdengar tidak masuk akal, tetapi saya tidak melihat ada yang salah dari data tersebut," kata Sharon Kane, direktur divisi negara Vietnam di Plan International, sebuah LSM yang berfokus pada kesehatan masyarakat.

Kane menyebut bahwa pemerintah Vietnam telah mengakui sejak awal bahwa negara mereka hanya memiliki sumber daya kesehatan terbatas, sehingga pemerintah mengambil langkah cepat untuk mencegah wabah ini menyebar luas.

"Ada pelaporan yang jujur oleh Pemerintah Vietnam sejak awal Januari tentang terbatasnya sumber daya kesehatan yang tersedia jika epidemi ini terjadi, sehingga Vietnam dengan cepat berusaha menjaga wabah tetap terkendali," kata Kane.

Sementara itu, Profesor Toole memuji langkah pemerintah Vietnam yang tidak menganggap remeh bahaya dari Covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Tren
Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Tren
Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Tren
Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Tren
Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Tren
Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Tren
Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tren
Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Tren
Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Tren
Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Tren
Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Rekan Kerja Sebut Penangkapan Pegi Salah Sasaran, Ini Alasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com