Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Radang Langka, Bocah 5 Tahun di New York Diyakini Meninggal karena Virus Corona

Kompas.com - 09/05/2020, 14:32 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang bocah laki-laki berusia lima tahun di New York meninggal dunia pada Kamis (7/5/2020) karena penyakit radang langka yang diyakini disebabkan oleh virus corona.

Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur Andrew Cuomo pada Jumat (8/5/2020).

"Ada 73 kasus anak-anak yang sakit parah dengan gejala yang mirip dengan penyakit Kawasaki dan sindrom syok," tulis Cuomo melalui akun Twitter-nya, dilansir dari AFP, Sabtu (9/5/2020).

"Pada hari Kamis, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun meninggal dari komplikasi ini yang diyakini disebabkan oleh Covid-19," sambung dia.

Menurut Cuomo, Departemen Kesehatan New York sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus itu.

Ia pun meminta para orangtua untuk segera mencari perawatan jika anak mereka mengalami demam yang berlangsung lebih dari lima hari.

Baca juga: Gejala Covid-19 pada Anak Mirip Penyakit Kawasaki Muncul di AS

Cuomo mengatakan, gejala lain yang muncul bisa berupa diare atau muntah, kesulitan bernapas, warna kulit pucat, sakit dada dan lesu.

Penyakit Kawasaki adalah penyakit misterius yang terutama menyerang anak-anak hingga usia lima tahun dan menyebabkan dinding arteri meradang, demam, kulit mengelupas, serta nyeri dada.

Jika tak segera diobati, maka pasien dapat mengalami kondisi yang lebih parah.

National Health Service Inggris pertama kali membunyikan alarm akan adanya kenaikan kasus virus corona pada anak-anak dengan kondisi serupa bulan lalu.

Perancis, Italia, dan Spanyol juga telah melaporkan beberapa kasus.

Pengobatan untuk penyakit Kawasaki melibatkan imunoglobulin dan aspirin intravena. Sebagian besar pasien juga sembuh tanpa masalah serius.

Meski tak ada keterkaitan secara resmi antara penyakit Kawasaki dengan virus corona, tetapi para ilmuwan percaya bahwa hal itu bisa dihubungkan.

Baca juga: Apa Itu Penyakit Kawasaki?

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan minggu ini dalam jurnal medis The Lancet, dokter Inggris yang menggambarkan delapan kasus di London, mengatakan, hal itu bisa menjadi fenomena baru.

Sebab, pasien Covid-19 anak-anak sangat sedikit yang meninggal atau mengalami gejala klinis serius.

Menurut Cuoma, setiap keterkaitan yang dikonfirmasi antara Covid-19 dan penyakit Kawasaki akan menjadi perkembangan yang mengkhawatirkan.

"Ini akan menjadi berita yang sangat menyakitkan dan akan membuka bab yang sama sekali berbeda," kata Cuoma.

Awal pekan ini, Wali Kota Bill de Blasio mengungkapkan kekhawatirannya akan jumlah kasus di New York City yang mengalami peningkatan.

Dari 15 kasus pertama yang dikonfirmasi di Big Apple, empat pasien dinyatakan positif Covid-19 dan 6 orang yang dites negatif ditemukan memiliki antibodi, sehingga menunjukkan bahwa mereka sebelumnya telah terinfeksi.

Baca juga: Selvi Kitty Cerita Kondisi Anaknya yang Terkena Penyakit Kawasaki

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

Tren
Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com