Penjelasannya itu akhirnya dibagikan oleh ribuan orang secara online dan membantunya memperoleh dukungan publik atas penguncian yang diberlakukan.
Lebih dari 70 persen warga Jerman setuju atas penguncian ini, karena mereka menerima penjelasan yang masuk akal sehingga tau harus bagaimana dan mengapa ini penting untuk segera dilakukan.
Sejak awal Merkel telah mengingatkan bahwa lebih dari 70 persen orang di negaranya akan tertular virus dan bahkan akan mengalami sejumlah kematian.
Namun, negara melakukan pengujian sejak awal dan menyiapkan banyak tempat perawatan intensif. Ia pun berulang kali mengingatkan ini adalah permasalahan yang serius, jadi setiap orang tidak boleh menyepelekannya.
Hingga saat ini, meski jumlah kasus infeksi di Jerman termasuk tertinggi secara global, namun lihat lah angka fatalitas dari Covid-19 di negara itu. Tak lebih dari 5.000 kematian terjadi, padahal total kasus infeksi mencapai angka 156 ribu.
Angka ini tentu termasuk yang paling rendah dibandingkan dengan negara-negara Eropa yang lain seperti Spanyol, Italia, dan Perancis.
Baca juga: Kisah Saudara Kembar Asal Inggris yang Meninggal Akibat Covid-19
4. Mette Frederiksen
Masih dari dataran Eropa, Denmark juga memiliki seorang perdana menteri perempuan yang bertindak tidak kalah tegas dari Merkel, dia adalah Mette Frederiksen.
Denmark telah memberlakukan penutupan perbatasan dengan negara-negara Skandinavia terhitung sejak 13 Maret 2020. Pemerintah pun mengeluarkan aturan untuk menutup semua taman kanak-kanak, sekolah, juga universitas, dan melarang diadakannya pertemuan yang melibatkan lebih dari 10 orang.
Semua ketegasan itu telah menyelamatkan Denmark dari buruknya akibat yang bisa dibawa oleh Covid-19. Dari 8.000-an kasus yang terkonfirmasi, angka kematian ada di angka 370 kasus.
Dalam perjalanannya, Frederiksen juga tidak pernah bosan untuk memberikan peringatan kepada setiap warganya dan memberi instruksi yang jelas sehingga wabah ini bisa segera teratasi dengan baik.
Semua itu membuahkan banyak pujian yang diarahkan pada sosok Frederiksen. Lebih dari 80 persen warga pun menyetujui kebijakan yang ia buat, dan saat ini kebijakan penguncian sudah mulai dilonggarkan.
5. Tsai Ing-wen
Beralih ke Asia, kali ini adalah Presiden dari Taiwan Tsai Ing-wen. Ia pun memimpin kerja penanganan Covid-19 dengan cepat dengan mengaktifkan pusat komando epidemi negara itu sejak awal Januari dan melakukan pembatasan perjalanan juga karantina.
Pemerintah pun melakukan langkah-langkah pembersihan tempat umum, seperti mendisinfeksi area-area publik juga bangunan-bangunan.
Di Taiwan lockdown total tidak diberlakukan, namun angka kematian di sana terhitung begitu kecil, yakni 6 kasus saja hingga saat ini, padahal secara geografis, lokasinya ada di sekitar episentrum utama persebaran corona.
Lebih hebatnya, saat ini Taiwan telah mampu mengirimkan jutaan masker wajah ke negara-negara lain yang terdampak pandemi ini dengan parah, seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Gaya Tsai yang hangat dan berwibawa telah membawanya mendapat banyak pujian, bahkan pujian datang dari lawan politiknya.
Baca juga: Ini Alasan Taiwan Jadi Negara Terbaik yang Merespons Wabah Virus Corona
6. Erna Solberg
Pemimpin perempuan lain yang dinilai sukses mengelola krisis akibat Covid-19 adalah Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg.
Mencatat 7.200 kasus dan 182 kematian, pekan ini Norwegia mulai melonggarkan pembatasan yang sebelumnya dilakukan, dengan cara membuka kembali taman kanak-kanak yang sebelumnya ditutup.