Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puji China Tangani Virus Corona, Netralitas WHO Dipertanyakan

Kompas.com - 16/02/2020, 19:30 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

Waktu yang lama ini dinilai berkontribusi terhadap skala wabah besar yang tidak diprediksi sebelumnya.

Pada laporan tahun 2014, mantan konsultan WHO, Charles Clift menuliskan bahwa kebanyakan pengamat, termasuk orang-orang di dalam organisasi, setuju bahwa organisasi tersebut terlalu politis, birokratis, dan didominasi oleh staf medis yang mencari solusi medis atas masalah-masalah sosial dan ekonomi. 

"WHO adalah agen teknis dan badan pembuat kebijakan. Instruksi berlebihan dari pertimbangan politik dalam kerja teknis WHO dapat merusak otoritas dan kredibilitasnya sebagai pembawa standar kesehatan," tulis Clift. 

Tidak seperti organisasi kesehatan lain, WHO biasanya tidak memiliki timnya sendiri untuk mengumpulkan informasi lapangan. Badan ini bergantung pada data yang disediakan oleh negara-negara anggota yang disaring oleh badan regional.

Baca juga: Indonesia Negatif Virus Corona, Ini Kata WHO Indonesia

Terjebak di tengah

Terlepas dari isu keuangan, WHO juga secara langsung dikontrol oleh negara-negara anggotanya, yang mencalonkan, dan memilih Direktur Jenderal serta menetapkan agendanya.

Kondisi ini berarti bahwa WHO tidak mampu secara politik ataupun finansial, untuk menentang negara-negara seperti AS atau China, yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap negara lain.

"Jika Tedros ingin WHO tetap memperoleh informasi tentang apa yang tengah terjadi di China dan mempengaruhi bagaimana negara menangani epidemi, ia tidak mampu menantang pemerintah China yang terkenal sensitif. Meskipun jelas negara tersebut kurang transparan akan wabah itu," tulis Kai Kupferschmidt dalam sebuah jurnal Sains.

Sebaliknya, jika Tedros melakukannya, diprediksi muncul kritik bagi WHO karena menyerang China di saat krisis yang terjadi saat ini.

Profesor dari Hong Kong University Journalism and Media Studies Center sekaligus mantan konsultan WHO, Thomas Abraham, menyimpulkan bahwa WHO dan China sama-sama terjebak di dalam situasi ini. 

Baca juga: Kembali dari Natuna, Pasangan Ini Ingin Anaknya Tetap Melanjutkan Kuliah di China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com