KOMPAS.com - Daun jancuk merupakan istilah yang merujuk pada daun tanaman jelatang dari keluarga Urticaceae.
Tanaman ini sering kali ditemukan di jalur pendakian gunung, serta populer karena menyebabkan rasa gatal yang tidak tertahankan.
Namun, oleh masyarakat Papua dan Maluku, daun jancuk atau daun jelatang justru dimanfaatkan untuk meredakan pegal dan nyeri otot.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Inggrid Tania menjelaskan, efek gatal disebabkan oleh kandungan asam format yang ada dalam daunnya.
Menurutnya, kandungan asam format dalam daun bisa menembus kulit dan melebarkan pori-pori, menyebabkan aliran darah terangsang, sehingga membantu menghilangkan rasa pegal dan nyeri otot.
"Begitu dioleskan pada tubuh, menimbulkan sensasi gatal yang kuat. Setelah beberapa menit, sensasi gatal tersebut memberikan efek mengurangi rasa nyeri dan kekakuan tubuh," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/4/2024).
Dua jenis daun jancuk, beda efek gatal
Daun jancuk atau jelatang umumnya mengarah pada genus Laportea yang banyak tumbuh di daratan Indonesia, terutama Maluku dan Papua.
Setidaknya ada tiga spesies umum dari tanaman yang juga disebut sebagai daun gatal ini, yakni Laportea decumana, Laportea stimulans syn, dan Laportea peltata.
Namun, ada pula daun jelatang yang masuk dalam genus Urtica, yaitu Urtica dioica yang lebih sering ditemukan di luar negeri.
"Daun jelatang Urtica dioica sebetulnya asalnya dari luar negeri, tapi di Indonesia juga sudah ada yang menanam, bisa tumbuh di Indonesia," ungkap Inggrid.
Perbedaan spesies dan genus tersebut menyebabkan bentuk dan ukuran daun jancuk tampak berbeda-beda.
Kendati demikian, tanaman perdu ini memiliki ciri umum berupa batang pohon yang lunak dan rambut-rambut halus pada permukaan daun.
"Semuanya disebut daun jelatang, daun gatal, atau daun jancuk," ujar Inggrid.
Baik Laportea maupun Urtica, sama-sama menimbulkan efek gatal sekaligus khasiat untuk meredakan pegal dan nyeri.
Namun, Urtica dioica yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama stinging nettle turut menyebabkan efek panas terbakar saat tersentuh kulit.
Manfaat daun jancuk jenis ini dalam ilmu kesehatan pun sudah jauh lebih banyak terbukti oleh penelitian ilmiah.
"Urtica dioica memang dipakai untuk berbagai macam manfaat," kata Inggrid.
Ahli pengobatan herbal ini menjelaskan, Urtica dioica bisa dikonsumsi dengan mengolahnya menjadi sayuran bening atau tumisan.
Rutin mengonsumsi daun tanaman ini juga bermanfaat memperlancar aliran air susu ibu (ASI).
Penelitian lain turut mengembangkan daun jancuk spesies Urtica dioica menjadi krim anti-penuaan atau anti-aging.
Tidak hanya itu, tanaman yang sama juga bisa disulap menjadi salep yang berkhasiat membantu meredakan nyeri.
"Sama-sama dari golongan Urtica, jadi tetap ada manfaat sebagai pereda nyeri otot," ucapnya.
Sementara itu, menurut Inggrid, daun jancuk dari genus Laportea baru dimanfaatkan sebatas pereda pegal dan nyeri otot maupun kulit.
"Sampai saat ini yang baru dimanfaatkan memang sebatas mengatasi nyeri-nyeri terasa di kulit, termasuk nyeri perut, itu bisa dipakai. Segala yang terasa nyeri di kulit itu bisa dimanfaatkan," terangnya.
Bukan hanya efek analgetik atau pereda nyeri, dua genus daun jancuk juga memiliki efek antiinflamasi yang membantu mencegah peradangan dalam tubuh.
Khasiat tersebut diperoleh dari kandungan asam yang memicu rasa gatal pada kulit, sehingga menimbulkan pelebaran pori-pori serta peningkatan aliran darah.
Cara memanfaatkan daun jancuk
Inggrid mengungkap, masyarakat yang ingin merasakan manfaat daun jancuk atau jelatang bisa langsung mengoleskannya pada bagian tubuh yang pegal dan nyeri.
"Sederhana sekali, cuma dioleskan saja daunnya langsung ke kulit. Kalau mau lebih kuat lagi, daunnya ditumbuk, setelah ditumbuk lalu dioleskan di kulit yang ada keluhan pegal dan nyeri otot," kata dia.
Penggunaan daun ini juga tidak perlu dicuci, karena manfaatnya justru terletak pada rambut-rambut halus yang tersebar di permukaan daun.
Meski menyebabkan gatal dan terkadang bentol, Inggrid mengatakan bahwa daun tanaman ini tidak berbahaya bagi tubuh.
Gatal dan bentol umumnya akan hilang sendiri dalam waktu beberapa hari, meski beberapa orang bisa hingga 1-2 minggu.
"Kalau mau lebih cepat hilang rasa gatalnya, bisa minum obat medis konvensional yang bersifat antihistamin, anti-gatal alergi," tandasnya.
https://www.kompas.com/tren/read/2024/04/28/123000165/jarang-diketahui-ini-khasiat-daun-jancuk-untuk-tubuh