Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Midun, Bersepeda dari Kota Batu ke Jakarta demi Keadilan Korban Tragedi Kanjuruhan

Tragedi itu bermula dari kerusuhan seusai pertandingan Arema FC vs Persebaya. Polisi yang menembakkan gas air mata ke arah penonton memicu jatuhnya korban jiwa saat akan keluar pintu stadion. 

Pihak keluarga korban yang dinilai belum mendapatkan keadilan membuat Miftahudin Ramli (53) warga asal Kota Batu, Jawa Timur untuk melakukan ekspedisi "Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan".

Bersepeda dari Batu, Jawa Timur ke Jakarta

Pria yang akrab disapa Midun tersebut melakukan perjalanan dari Batu, Jawa Timur sejak Kamis (3/8/2023) menuju Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.

Dalam aksinya, ia meminta pemerintah menyelesaikan kasus Tragedi Kanjuruhan sekaligus menyerukan perdamaian di antara pendukung tim sepak bola Indonesia.

Midun tiba di SUGBK pada Senin (14/8/2023) siang. Ia menempuh perjalanan sejauh lebih dari 700 kilometer mengayuh sepeda dengan miniatur keranda di belakangnya.

Perjalanan Midun

Midun memulai perjalanan pada Kamis (3/8/2023) dari rumahnya di Jalan Darsono, Kota Batu, Jawa Timur, sekitar pukul 10.00 WIB.

Ia menyatakan, ekspedisi ini dilakukan untuk mengingatkan publik dengan Tragedi Kanjuruhan. Lewat aksi ini, ia juga ingin menyerukan perdamaian di antara para pendukung klub sepak bola Indonesia.

"Tidak melupakan dan tidak terulang seperti Tragedi Kanjuruhan, tujuannya itu sebenarnya, melalui ekspedisi ini juga melewati stadion-stadion dengan misi yang sama," kata Midun, seperti diberitakan Kompas.com (6/8/2023).

Ia menempuh ekspedisi dengan mengayuh sepeda yang disambung dengan replika keranda di bagian belakang. Keranda ini menjadi simbol tuntutan keadilan bagi 135 korban meninggal di Kanjuruhan.

Pria yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Pariwisata Kota Batu ini berkendara menuju Jakarta melalui rute jalan pantai utara (Pantura).

Rute perjalanannya, dari Batu ke Malang kemudian Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Lamongan, dan Tuban di Provinsi Jawa Timur. Perjalanan melalui Provinsi Jawa Tengah ia lalui di Rembang, Pati, Kudus, Demak, Semarang, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Brebes.

Di Provinsi Jawa Barat, Midun melaju di Cirebon, Jatibarang, Indramayu, Subang, Karawang, serta Bekasi. Ia kemudian masuk ke DKI Jakarta.

"Untuk perbekalan yang dibawa, ada baju, peralatan sepeda seperti pompa angin, sama lain-lain," kata Midun.

Mengunjungi stadion

Selama perjalanan, ia menyempatkan diri berkunjung ke Stadion Kanjuruhan dan Stadion Gajayana di Malang, Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Stadion Gelora Bung Tomo di Surabaya, Stadion Joko Samudro di Gresik, serta sejumlah stadion lainnya.

Tujuan akhir Midun adalah SUGBK di Senayan, Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Ia awalnya menargetkan tiba di Jakarta pada 17 Agustus bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

"Saya rasa Pak Kadis bukan kemauanya sendiri. Ya wajar semua itu punya kekhawatiranya sendiri," kata Midun.

Tak hanya itu, banyak rekan kerja yang melarangnya pergi. Mereka mengkhawatirkan kondisi dirinya dan rintangan sepanjang perjalanan. Meski begitu, Midun tetatp berangkat karena ia menyebut dirinya berniat baik.

Sementara itu, usaha untuk mencegah keberangakat Midun juga muncul dari keluarganya. Salah satu anaknya sempat dijanjikan mendapatkan rekreasi sekeluarga jika ia berangkat tidak membawa keranda. 

Bonek pendukung klub Persebaya Surabaya ikut mengantarkan Midun menuju Stadion Gelora Bung Tomo. Ia juga diberi kaos dan tempat untuk menginap.

"(Kaos) ini dari arek Suroboyo untuk arek Malang, sebagai simbol kemanusiaan. Semoga bisa menemani (perjalanan), dan menghilangkan rasa dingin," kata Cak Tulus, salah satu tokoh Bonek.

Sementara Ultras Mania pendukung Gresik United juga menyambutnya di stadion mereka. Panser Biru pendukung PSIS Semarang juga mengapresiasi dan mendukung aksi ini.

Dilansir dari Kompas.com (8/8/2023), Midun membawa keranda dalam keadaan kosong untuk menggambarkan korban yang meninggal saat Tragedi Kanjuruhan Malang. Baginya, keranda merupakan simbol kendaraan di akhir hayat.

Namun, banyak warga yang peduli dengan perjalanannya. Mereka pun memberinya barang-barang yang kemudian disimpan di keranda sampai penuh. Tak hanya barang, warga menitipkan pesan atas tragedi tersebut melalui kerandanya.

"Saya berangkat dari rumah itu, keranda itu polos, tapi mereka (keluarga korban Tragedi Kanjuruhan) menitipkan pesan di keranda itu. Itu dari keluarga korban," kata Midun, dilansir dari Kompas.com (14/8/2023).

Kain hitam penutup keranda tersebut bertuliskan "Football Without Violence" atau berarti sepak bola tanpa kekerasan. Ada juga tulisan "Justice for Kanjuruhan" atau keadilan untuk Kanjuruhan. Di bagian depan dan belakang keranda tertulis angka 135 sesuai jumlah korban Tragedi Kanjuruhan.

Sejumlah pesan dari keluarga korban juga digantung dengan kardus di sekeliling sepeda dan keranda. Pesan yang dituliskan antara lain "Tetapkan Tragedi Kanjuruhan Sebagai Pelanggaran HAM Berat !!!"

Tiba di SUGBK tapi tidak bisa bawa sepeda masuk

Midun tiba di SUGBK pada Senin (14/8/2023) siang. Namun petugas keamanan stadion tidak membolehkannya masuk ke dalam lapangan membawa sepeda.

”Perjalanan ini berjudul ekspedisi lintas stadion. Selain menjalin silaturahmi dengan kelompok suporter di wilayah yang saya lewati (menuju Jakarta), tujuannya (perjalanan ini) untuk melawan lupa atau merawat ingatan bahwa Tragedi Kanjuruhan belum selesai,” tutur Midun, dikutip dari Kompas.id (14/8/2023).

Karena tidak boleh masuk, ia tampak menghela napas panjang dan tertunduk di depan SUGBK bersama kelompok pendukung klub yang menyambutnya.

Untuk menyelesakan ekspedisi ini, sepedanya sampai harus diperbaiki tiga kali di Semarang, Pemalang, dan Bulungan, Jakarta Selatan. Perbaikan diperlukan untuk mengganti kampas rem dan pengelasan. Walaupun begitu, kondisi sepedanya dalam keadaan baik di SUGBK.

Meski tidak bisa masuk SUGBK, Midun menyatakan ia menemui kelompok penggemar klub sepak bola Indonesia yang berbaik hati membantu dan menyemangatinya. Mereka juga tampak bisa berbaur meskipun mendukung klub bola yang berbeda.

”Rivalitas antarsuporter itu harusnya hanya 90 menit di lapangan. Setelah itu kita semua bersaudara, bagian dari Indonesia,” ujar dia.

(Sumber: Kompas.com/Nugraha Perdana, Michael Hangga Wismabrata, Muchamad Dafi Yusuf, Joy Andre | Editor: Andi Hartik, Ardi Priyatno Utomo, Jessi Carina)

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/15/180000665/kisah-midun-bersepeda-dari-kota-batu-ke-jakarta-demi-keadilan-korban

Terkini Lainnya

35 Ucapan dan Twibbon Hari Waisak 23 Mei 2024

35 Ucapan dan Twibbon Hari Waisak 23 Mei 2024

Tren
Rombongan Presiden Iran Ini Sempat Hidup Sejam Usai Helikopter Jatuh

Rombongan Presiden Iran Ini Sempat Hidup Sejam Usai Helikopter Jatuh

Tren
Mei Diklaim Bulan Terlama dan Bulan Saat Uang Habis-habisan, Apa Penyebabnya?

Mei Diklaim Bulan Terlama dan Bulan Saat Uang Habis-habisan, Apa Penyebabnya?

Tren
Pendaftaran Akun PPDB DKI Jakarta 2024 Dibuka, Klik Sidanira.jakarta.go.id

Pendaftaran Akun PPDB DKI Jakarta 2024 Dibuka, Klik Sidanira.jakarta.go.id

Tren
13 Manfaat Daun Kelor, Ampuh Kontrol Gula Darah dan Atasi Kolesterol

13 Manfaat Daun Kelor, Ampuh Kontrol Gula Darah dan Atasi Kolesterol

Tren
Pekerja yang Terkena PHK Masih Menerima Manfaat JKN Selama 6 Bulan, Ini Syaratnya

Pekerja yang Terkena PHK Masih Menerima Manfaat JKN Selama 6 Bulan, Ini Syaratnya

Tren
Embun Upas Akan Muncul Kembali di Dieng, Kapan Terjadi?

Embun Upas Akan Muncul Kembali di Dieng, Kapan Terjadi?

Tren
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC)? Berikut Tugas dan Wewenangnya

Tren
ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

ICC Ajukan Surat Penangkapan Pimpinan Israel dan Hamas, Peluang Netanyahu Ditahan?

Tren
Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Ali Bagheri, Diplomat Ulung dan Pengkritik Keras Barat yang Kini Menjabat sebagai Menlu Iran

Tren
Cerita di Balik Jasa 'Santo Suruh' yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Cerita di Balik Jasa "Santo Suruh" yang Mau Disuruh Apa Saja, dari Jemput Anak Main juga Kubur Ari-ari

Tren
Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Suhu Udara Capai 50 Derajat Celsius, Ini Imbauan bagi Jemaah Haji yang Tiba di Makkah

Tren
Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada 'Bumi Manusia'

Kemendikbud Rekomendasikan 177 Karya Sastra di Sekolah, Ada "Bumi Manusia"

Tren
Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Hasil Tes Online 1 Rekrutmen BUMN Diumumkan 22 Mei 2024, Klik rekrutmenbersama2024.fhcibumn.id

Tren
UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

UKT Semakin Mahal dan Janji Prabowo Gratiskan Biaya Kuliah di Kampus Negeri

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke