Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai soal Kebiasaan Mengopek Kuku Tangan, Benarkah Tanda dari Gangguan Kecemasan? Ini Kata Psikolog

Unggahan tersebut dibuat oleh akun Twitter ini pada Kamis (1/6/2023).

"Aku gabisa stop ngopekin kuku, semakin berdarah semakin enak. Kalo malem mulai ku kasih hansaplas biar berhenti, tp gabisa kalo kegiatan siang. Ada saran gak ya biar bisa sembuh, makasi," tulis pengunggah.

Hingga Jumat (2/6/2023) sore, unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 166.500 kali dan mendapatkan lebih dari 380 komentar dari warganet.

Respons warganet

Unggahan tersebut menarik perhatian warganet, beberapa di antaranya mengatakan hal serupa dengan pengunggah. Sementara beberapa lainnya mengatakan bahwa hal tersebut merupakan salah satu gangguan kecemasan.

"Gatau nder ak jg gini soalnya, kalo belum berd4rah ya belum stop," ungkap akun ini.

"Dulu aku juga gini nder, terus aku mulai ngutekin kuku dipakein pernak pernik yg cantik trs akhirnya sayang sm kuku sendiri terus gapernah gigitin lagi deh," tulis akun ini.

"Ini tuh ada hubungannya sm mindset sih nder. aku jg tiap lg gelisah/anxiety pasti reflek gigitin kuku sampe perih semua. coba konsultasi ke ahlinya yaaa," kata akun ini.

Lantas, benarkah kebiasaan mengopek kuku tangan menjadi salah satu gangguan kecemasan?

Penjelasan psikolog

Psikolog sekaligus dosen di Fakultas Psikologi Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo mengatakan bahwa kebiasaan mengopek kulit pada kuku tangan merupakan kebiasaan yang tidak wajar dan menjadi manifestasi dari rasa cemas.

"Jadi itu adalah salah satu bentuk gangguan kecemasan. Di mana beberapa orang akan mengopek kulit di area kuku tangan dan sebagian lainnya juga ada yang menggigit jari kuku yang bahkan bisa sampai berdarah," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (2/6/2023).

"Gangguan kecemasan ini bisa juga berkaitan dengan gangguan kepribadian nantinya apabila tidak segera diatasi," sambungnya.

Hal ini terjadi karena memang ada beberapa hal yang memang secara kognitif tidak bisa dikontrol oleh orang tersebut.

Ratna mengungkapkan, apabila sudah pada tahap melukai diri sendiri, maka seseorang itu bisa secara tidak sadar saat mengontrol perilakunya sendiri.

Apabila gangguan kecemasan ini telah melekat pada diri seseorang itu, maka ini bisa menjadi gangguan kepribadian, salah satunya obsessive compulsive disorder (OCD).

"Jika tidak segera diatasi, maka hal itu bisa berdampak lebih parah, baik itu secara fisik maupun psikis seseorang," ungkap Ratna.

Kalau secara fisik, kebiasaan mengopek kulit kuku bisa menyebabkan luka-luka pada jari yang apabila dibiarkan dan masih terus diulangi maka bisa menimbulkan pendarahan hingga infeksi. 

Sementara itu, Ratna mengatakan, secara psikis apabila perilaku tersebut terus dibiarkan, maka bisa menjadikan seseorang itu menjadi pribadi yang tidak percaya diri.

"Tak hanya itu, pada psikis juga bisa berdampak pada emosionalnya yang menjadi tidak sabaran dan lebih mudah marah," jelasnya.

Lebih parahnya, Ratna menyampaikan, hal itu juga bisa berdampak pada gangguan kepribadian dependen yaitu kondisi ketika seseorang memiliki kecemasan berlebihan yang tak beralasan.

Bisa membuat seseorang menjadi impulsif

Selain itu, kebiasaan ini juga akan menjadikan seseorang menjadi impulsif atau tidak bisa menahan dirinya sendiri.

Impulsif merupakan perilaku yang ditandai ketika seseorang melakukan sesuatu hal tanpa memikirkan akibatnya dan hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang.

"Ketika ia sudah tidak sadar tentang apa yang dilakukannya, maka itu bisa berujung pada gangguan psikologis. Jadi, itu adalah hal-hal yang sebenarnya harus segera diatasi," ucap Ratna.

Untuk metode pengobatannya sendiri, kecemasan ini bisa diatasi dengan menggunakan terapi perilaku atau terapi kognitif perilaku. Ini dilakukan karena ada perilaku yang harus diubah secara perlahan.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/06/03/090000965/ramai-soal-kebiasaan-mengopek-kuku-tangan-benarkah-tanda-dari-gangguan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke