Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

PDI-P dan Nasdem yang Kian Memanas Usai Deklarasi Pencapresan Anies Baswedan...

"Kenapa Anies Baswedan? Jawabannya: Why not the best?" tambahnya.

Begitulah ucapan Surya Paloh saat mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) Nasdem pada 3 Oktober 2022 di Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat.

Deklarasi ini juga menjadi titik balik hubungan antara Nasdem dengan PDI-P.

Diketahui, kedua partai tersebut telah berjalan bersama untuk memenangkan Presiden Joko Widodo selama dua periode.

Serangan PDI-P

Saat perayaan HUT TNI di Kantor PDI-P pada Minggu (9/10/2022), Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto menyindir deklarasi pencapresan Anies oleh Nasdem.

Hasto bahkan menganalogikan deklarasi itu dengan warna biru bendera Belanda di masa lalu yang dirobek oleh para pejuang.

Pernyataan itu dilontarkan sambil menunjuk lukisan yang menggambarkan banyak orang sedang merobek warna biru dari bendera Belanda.

"Ya, biru itu dulu warna Belanda. Kalau sekarang kan ada warna biru lainnya juga ya. Anies kan banyak warna biru," kata Hasto, Minggu (9/10/2022).

"Para pejuang kita kan ada bendera Belanda, birunya dilepas. Dan ternyata birunya juga terlepas kan dari pemerintahan Pak Jokowi sekarang, karena punya calon presiden sendiri," sambungnya.

Menurutnya, apa yang teradi di masa lalu bisa saja terjadi di masa depan. Namun, ia tak merinci maksud "biru" yang diucapkannya.

Pada kesempatan lain, Hasto menilai dukungan Nasdem terhadap Anies merupakan sebuah kontradiksi.

Pasalnya, Anies kerap memiliki kebijakan berbeda dari Pemerintahan Jokowi.

"Jangan sampai kemudian mencalonkan seseorang yang punya kebijakan yang berbeda. Ketika misalnya ada kebijakan yang berbeda dari calon yang diusung oleh partai politik pengusung Pak Jokowi maka ini akan kontradiktif," jelas dia, Senin (10/10/2022).

Jawaban Nasdem

Menanggapi sindiran itu, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Nasdem Ahmad Ali menegaskan pihaknya akan tetap berada dalam koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo hingga 2024.

Menurutnya, pencalonan Nasdem tidak ada kaitannya dengan posisi mereka di pemerintahan. Pihaknya juga merasa tidak memiliki kontrak dengan Jokowi usai 2024.

"2024 itu adalah pencalonan presiden pasca Pak Jokowi. Wong ini kita mencalonkan presiden setelah periode Pak Jokowi," katanya.

Ia pun balik menyindir Hasto terkait adanya partai biru yang keluar dari pemerintahan Jokowi.

Ali mengatakan, pemerintahan saat ini bukan pemerintahan PDI-P, melainkan pemerintahan Jokowi. Karenanya, ia meminta agar PDI-P tidak perlu memusingkan keputusan partai lain.

Sementara itu, Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Nasdem Effendi Choirie tak memikirkan omongan Hasto.

Sebab, ia meyakini bahwa Jokowi tak akan melakukan reshuffle Kabinet Indonesia Maju untuk mengganti tiga menteri Partai Nasdem.

"Hasto ngomong apa saja silakan. Omongan seseorang itu cermin dari hati dan pikirannya," ujar Effendi.

Senada, Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya mengaku heran dengan sindiran Hasto usai deklarasi pencapresan Anies.

Padahal, Partai Gerindra sebelumnya juga telah mendeklarasikan capres, yaitu Prabowo Subianto.

"Gerindra juga sudah deklarasi capres. Yang lain pada deklarasi koalisi. Semua tidak ada masalah, tetapi giliran Nasdem, semua jadi salah, semua jadi menyerang dari segala penjuru," kata Willy.

Menurut Willy, hanya partainya yang menjadi bulan-bulanan setelah mendeklarasikan calon presiden.

Sumber: Kompas.com (Nicholas Ryan Aditya/Adhyasta Dirgantara/Tatang Guritno/Wijaya Kusuma | Editor: Icha Rastika/Novianti Setuningsih/Diamanty Meiliana/Dani Prabowo/Dia Angga Rusiana)

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/11/153000265/pdi-p-dan-nasdem-yang-kian-memanas-usai-deklarasi-pencapresan-anies

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke