Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Satpol PP Minta Minimarket di Bekasi Pasang Barcode PeduliLindungi...

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, sempat viral video sosialisasi terkait pemasangan barcode PeduliLindungi di minimarket Indomaret di Bekasi.

Mengutip Kompas.com, unggahan video tersebut akun Instagram @satpolppkotabks viral di media sosial, pada Selasa (21/9/2021).

Percakapan antara petugas Satpol PP dengan pelayan minimarket:

"Informasi tentang penempelan scan barcode (PeduliLindungi) untuk syarat konsumen masuk (toko)?" tanya seorang petugas Satpol PP dalam video yang diunggah, Selasa (21/9/2021).

"Oh belum ada si pak," sahut salah seorang pegawai minimarket.

"Jadi kita informasikan, sekarang dalam hal penerapan pelaku usaha harus ada scan barcode (PeduliLindungi) di pintu masuk," kata petugas Satpol PP menerangkan.

"Jadi ketika konsumen tidak ada aplikasi PeduliLindungi, entah dia belum vaksin atau apa, dilarang masuk. Itu yang pertama. Yang kedua, di bawah 12 tahun juga dilarang masuk," sambung petugas.

Tidak sedikit warganet yang mengomentari tindakan petugas satpol PP tersebut.

"Kasian pak yg emak2 punya anak tanpa art atau babysitter, kalo butuh ke alpa pas suami kerja, masa iya anaknya ditinggal dirumah sendirian gada yg jaga, mana masih kecil," kata seorang ibu.

Lantas, bagaimana tanggapan ahli mengenai kebijakan pemasangan barcode aplikasi PeduliLindungi di minimarket?

Pakar Kebijakan Universitas Airlangga (Unair) Ilham Akhsanu Ridlo menilai bahwa improvisasi yang dilakukan di Bekasi ini berlebihan.

"Saya pikir bagus niatnya, tapi berlebihan," kata Ilham dihubungi Kompas.com, Rabu (22/9/2021).

Diketahui, peraturan tersebut baru terjadi di Bekasi dan belum diberlakukan di daerah atau kota lain.

"Improvisasi kebijakan lokal di kota atau daerah tertentu terkadang terlalu berlebihan. Tidak hanya ini, tapi juga warung-warung yang dipaksa tutup itu juga berlebihan," ungkap Ilham.

Dari penjelasan Ilham, maksud dari niatnya bagus tetapi berlebihan adalah, saat ini pemerintah sedang mengupayakan agar vaksin menjadi kebutuhan atau kewajiban karena ingin mengejar target vaksinasi.

"Saya tidak menyalahkan sepenuhnya. Bagaimanapun, vaksinasi ini sekarang adalah opsi utama, kita enggak punya opsi lain untuk mengatasi pandemi di Indonesia," ungkapnya.

"Kalau lockdown, PPKM, dan lain sebagainya, semakin ke sini sekarang semakin enggak relevan."

"Saya pikir, pendekatan yang soft (halus) termasuk pendekatan sosial sudah dilakukan. Tapi tampaknya pemerintah akan menggeser ke upaya yang istilahnya mandatory (wajib). Karena ya itu tadi, ingin segera memulai kehidupan normal," sambungnya.

Meskipun bertujuan baik, namun Ilham melihat kenyataan penerapan di lapangan kurang tepat. Terutama ketika kebanyakan hal mengandalkan aplikasi PeduliLindungi.

Tidak hanya itu, aplikasi ini justru dapat membuat gap atau kesenjangan sosial yang baru di tengah masyarakat.

Hal ini karena tidak semua orang dapat mengunduh aplikasi tersebut, apalagi mereka yang tidak memiliki gadget.

"Hal semacam ini akhirnya menimbulkan masalah sosial baru, yakni orang jadi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk mengakses ke suatu tempat, misalnya ke mal, masuk ke supermarket," kata Ilham.

Ilham menyarankan untuk memberikan pilihan lain kepada masyarakat, seperti mencetak sertifikat vaksin. Dibanding hanya mengandalkan PeduliLindungi yang sampai saat ini tidak dimiliki semua orang.

Dia menilai, ketika Satpol PP meminta secara sepihak ke Indomaret untuk dipasang barcode PeduliLindungi, pendekatan yang dilakukan kurang tepat karena gerai waralaba seperti itu pengelolaannya terpusat, tidak hanya di Bekasi.

Harus adanya uji coba kebijakan

Dia mengingatkan, ketika suatu kebijakan diterapkan di publik, seharusnya sudah melewati sejumlah uji coba.

Maksud dari uji coba kebijakan adalah membuat beberapa skenario yang akan terjadi jika suatu kebijakan dibuat.

Hal ini untuk mengetahui dampak yang akan terjadi jika suatu kebijakan diberlakukan.

"Misalnya skenaria A hasilnya begini, skenario B hasilnya seperti ini, dan skenario C hasilnya seperti apa," kata Ilham.

"Harus dilakukan banyak skenario dulu. Jangan langsung menerapkan skenario A karena dinilai bagus, tapi ketika diterapkan (di masyarakat) ternyata punya problem baru," pungkasnya.

(Sumber: Kompas.com Penulis Gloria Setyvani Putri | Editor Gloria Setyvani Putri)

https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/25/111400665/ketika-satpol-pp-minta-minimarket-di-bekasi-pasang-barcode-pedulilindungi

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke