Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketidakpastian yang Menyenangkan

Semoga harapan-harapan baik yang kita sematkan adalah harapan-harapan yang sudah tersaring di tengah ketidakpastian yang masih tinggi karena pandemi.

Kenapa penting buat kita menyaring harapan-harapan? Kepentingannya lebih ke langkah antisipatif seandainya harapan-harapan itu tidak mewujud.

Sekali lagi, meskipun beberapa hal sudah bisa dipastikan seperti vaksin Covid-19,  ketidakpastian lain tetap membayangi seperti kapan vaksinasi dilakukan dan rentetan ketidakpastian lain.

Menghadapi ketidakpastian yang tinggi macam ini, bagaimana sikap kita?

Fakta bahwa kita tidak bisa menghindari ketidakpastian dalam hidup menuntut kemampuan kita beradaptasi.

Kemampuan beradaptasi menghadapi perubahan sebagai konsekuensi ketidakpastian yang tinggi perlu dilatihkan.

Untuk hal ini, saya jadi teringat nasihat Jakob Oetama, salah satu pendiri Kompas Gramedia yang kerap menyatakan pepatah dalam bahasa latin, fortiter in re suaviter in modo (teguh dalam prinsip/nilai, lentur dalam cara).

Kemampaun beradaptasi menghadapi perubahan sebagai konsekuensi dari ketidakpastian yang tinggi adalah cara. Meskipun cuma cara, hal ini menentukan tercapai atau tidaknya prinsip atau nilai yang diperjuangkan.

Dalam percakapan saya dengan Ignasius Jonan beberapa minggu lalu, mantan Direktur Utama PT KAI ini mekankan pentingnya kemampaun beradapatasi.

Kemampuan beradaptasi diperlukan sebagai bekal bagi siapa pun dalam menghadapi banyaknya perubahan yang dibawa ketidakpastian. Banyak hal terjadi di luar kendali kita.

Oya, percakapan saya dengan Ignasius Jonan adalah yang kedua setelah sebulan sebelumnya saya melakukan percakapan yang kurang lebih sama untuk program "Beginu" di kanal Youtube Kompas.com.

Percakapan kedua dengan Ignasius Jonan dilakukan di tempat yang sama setelah kami sama-sama menemukan buku "Doa Sang Katak" yang muncul tanpa sengaja di percakapkan sebelumnya.

Doa Sang Katak adalah buku terbitan Penerbiat Kanisius yang berisi kumpulan cerita atau kisah pendek-pendek dan ditulis ulang oleh Anthony de Mello SJ.

Buku ini sangat mempengaruhi Ignasius Jonan dalam perjalanan hidup sejak kuliah, salah satunya dalam menghadapi ketidakpastian dan konsekuensi atasnya.

Percakapan pertama dengan Igansius Jonan adalah episode kedua Beginu. Episode pertama program yang memakai tagline "bukan begini bukan begitu" itu menghadirkan Soleh Solihun.

Spiritualitas yang mendalam itu yang membuat Soleh Solihun tenang menghadapi banyak ketidakpastian dan konsekuensi yang ditumbulkan.

Sebagai sebuah program, Beginu kemudian dirancang untuk tertib tayang setiap Senin pukul 19.00 di kanal Youtube Kompas.com. Dimulai sejak peringatan "Sumpah Pemuda" 28 Oktober 2020, hingga Senin, 4 Januari 2021, sudah ada delapan episode.

Episode terbaru Beginu menampilkan Ria Paparmoon. Kegigihan atau dalam bahasanya "kekeraskepalaan" mengantar Ria mewujudkan Papermoon Puppet Theatre yang saat ini sudah mendunia.

Dari sebuah gagasan, mimpi, dan rencana yang belum ada prototipe atau contohnya, Ria berjalan, beradaptasi, tebentuk, terbentur, beradapati lagi, berjalan lagi dan tumbuh secara organik.

Proses itu akan tercermin dalam karya dan energinya akan tersampaikan kepada penonton atau siapa pun yang menikmati karyanya.

Oya, buat kamu yang tidak mengenal Ria, penampilan Papermoon Puppet Theatre di film "Ada Apa Dengan Cinta 2?" yang mempertemukan Rangga dan Cinta setelah ratusan purnama mungkin sedikit membantu mengenali sosoknya.  

Untuk kamu yang tertarik lebih jauh dengan teman saya bercakap-cakap di Beginu, saya sertakan tautan tayangan Youtube-nya di masing-masing nama yang saya sebut. Silakan klik untuk mendapatkan informasi lebih banyak.

Kecuali dengan Kill The DJ yang durasi percakapannya nyaris dua jam karena seru dan sulit berakhir, percakapan dengan Soimah, Butet dan Farid berlangsung sekitar satu jam. 

Dari teman bercakap-cakap itu, saya mendengarkan dan menimba pengalaman hidup yang mereka endapkan dan praktikkan sebagai laku atau jalan hidup.

Aktivitas berkeseniannya, bertani dan terlibat dalam sejumlah besar gerakan demokrasi adalah laku atau jalan hidup. Karena laku, tidak pernah ada lelah dan kecewa berkepanjangan.

Soal laku itu terangkum dalam pernyataan yang mengandung kebenaran, "Petani selalu menanam meskipun gagal panen."

Kesadaran ini didapat Farid saat membuat mural di jalan-jalan. Mural bisa berumur beberapa jam atau beberapa tahun. Ketidakpastian sebagai realitas perlu diterima sebagai sesuatu yang menyenangkan, apapun konsekuensi dari ketidakpastian itu.

Dari Soimah, pesinden serba bisa asal Pati, dibesarkan di Yogyakarta dan memuncaki karir di dunia hiburan Jakarta, saya belajar soal memberi dan berbagi atas apa yang kita terima selama ini.

Untuk itu, Soimah yang sejatinya sudah jenuh di Jakarta, bercita-cita sesegera mungkin kembali ke Yogyakarta untuk memberikan dirinya kepada masyarakat yang sudah membesarkannya.

Kepedulian kepada sesama siapa pun dia adalah ungkapan atas apa yang sudah kita terima dari masyarakat selama ini. Kepedulian ini kita sadari juga sebagi sumber kekuatan kita sebagai manusia dengan dasar kemanusiaan kita.

Lantas, bagaimana kita bisa berguna untuk orang lain? Penutup percakapan saya di Beginu episode tujuh dengan Ignasius Jonan ini mungkin bisa jadi panduan.

Jonan menyebut, ketika muda, definisi berguna untuk orang lain itu untuk orang-orang yang dikenal, yang ada di hati, yang dicintai.

Beranjak dewasa, berguna untuk orang lain itu meluas termasuk mereka yang tidak pernah dikenal dan tidak pernah ada di hati. 

Kalau berguna hanya untuk orang yang saya cintai, orang tidak bertuhan pun juga begitu pasti. Bedanya dengan saya yang mengakui adanya Tuhan apa coba?

Pertanyaan ini mungkin baik kita renungkan dan segera jawab dengan tindakan setelah tertemukan.

Selamat Tahun Baru.

Salam bukan begini, bukan begitu.

Beginu

https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/05/084830665/ketidakpastian-yang-menyenangkan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke