Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Politik Etis Berakhir di Indonesia?

Kompas.com - 02/01/2024, 17:00 WIB
Endang Mulyani,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah pemikiran bahwa Belanda memiliki tanggung jawab dalam menyejahterakan masyarakat Indonesia.

Sebagai tanggapan atas penderitaan rakyat Indonesia yang dipekerjakan secara paksa selama bertahun-tahun tanpa bayaran, konsep politik etis pun dibentuk.

Sebab, Belanda juga mengeruk kekayaan alam Indonesia selama masa penjajahannya.

Tuntutan kepada Belanda

Penjajah Belanda memperlakukan pribumi secara tidak adil, sehingga mereka dinilai layak melakukan balas budi dengan cara menyejahterakan rakyat lewat Politik Etis.

Gagasan itu kali pertama diungkapkan oleh Conrad Theodore van Deventer lewat tulisan berjudul Een Eereschuld yang dimuat dalam majalah De Gids pada 1899.

Een Eereschuld berarti kewajiban suci atau utang kehormatan. 

Dalam tulisan berjudul Een Eereschuld itu, Van Deventer yang dikenal sebagai tokoh penggagas Politik Etis, menjelaskan bagaimana Belanda meraup keuntungan dan menjadi negara makmur dari hasil kolonialisi Hindia Belanda.

Sementara itu, rakyat pribumi di Hindia Belanda saat itu, miskin dan terbelakang.

Oleh karenanya, Van Deventer pun menilai bahwa sudah seharusnya kekayaan itu dikembalikan kepada rakyat pribumi.

 

Baca juga: Isi Trilogi Van Deventer

Ia berpendapat bahwa pemerintah Belanda harus mengalihkan fokusnya untuk memajukan rakyat jajahan dan mengubah sikap politik terhadap wilayah Hindia Belanda.

Van Deventer menegaskan, rakyat pribumi harus diberi kompensasi melalui pendidikan dan emigrasi.

Setelah itu, Belanda juga dituntut menerapkan politik asosiasi yang percaya bahwa koloni hanya dapat maju melalui kolaborasi erat antara orang Eropa dan penduduk asli.

Terdapat beberapa tuntutan yang ditujukan kepada Belanda melalui Politik Etis, yakni:

1. Desentralisasi
2. Perubahan badan pemerintahan
3. Perbaikan Kesehatan rakyat, emigrasi (transmigrasi)
4. Perbaikan pertanian dan peternakan
5. Pembangunan irigasi dan lalu lintas

Bagaimana Politik Etis berakhir?

Sekitar pergantian dekade kedua, tujuan kebijakan politik etis semakin dilemahkan oleh kondisi sosial-politik akibat Perang Dunia I.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat Nabi Muhammad Menangis

Stori
6 Peninggalan Kerajaan Ternate

6 Peninggalan Kerajaan Ternate

Stori
Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Stori
Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Stori
Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Stori
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Stori
4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

Stori
Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Stori
Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Stori
Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Stori
Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com