Pada 1910, Radjiman melanjutkan studi ke luar negeri dan mendapatkan gelar Europees Art.
Selanjutnya, dia melanjutkan studi di bidang Ilmu Kebidanan di Berlin, Jerman.
Pada 1919, Radjiman mendalami ilmu rontgenologie di Amsterdam. Kemudian, pada 1931, dia memperdalam ilmu gudascopie urinoir di Paris, Perancis.
Baca juga: Tugas-tugas BPUPKI
Dalam sejarah Indonesia, Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat berperan menjadi Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan ini memainkan peran kunci dalam menyusun kerangka dasar yang membentuk konstitusi Negara Indonesia, atau dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar 1945.
Sebelumnya, ia dikenal sebagai salah satu pendiri Budi Utomo dan menjabat sebagai ketua organisasi tersebut pada 1914-1915.
Selama rentang waktu 1918-1931, Radjiman menjadi anggota Dewan Rakyat atau Volksraad, mewakili Budi Utomo.
Radjiman juga terus berjuang untuk kemerdekaan Indonesia di masa penjajahan Jepang.
Pada awalnya, Radjiman menjadi anggota Dewan Pertimbangan Daerah (Shu Sangi kai) di Madiun.
Kemudian, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Chuo Sangi in).
Ketika Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat atau Putera, Radjiman diangkat sebagai salah satu anggota Majelis Pertimbangan.
Meski situasi pendudukan Jepang melemah akibat situasi Perang Asia Timur Raya, mereka menjanjikan kemerdekaan Indonesia dan membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada akhir Mei 1945.
Adapun Radjiman Wedyodiningrat ditunjuk sebagai ketua BPUPKI.
Melalui kepemimpinan Radjiman di BPUPKI, para pemimpin bangsa membahas dasar negara Indonesia yang akan diterapkan setelah merdeka.
Selama periode BPUPKI, gagasan tentang Pancasila muncul. Salah satu hasilnya adalah Piagam Jakarta yang menjadi landasan pembentukan Pembukaan UUD 1945.