Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Penyebab Kegagalan Serangan Aceh terhadap Portugis di Malaka?

Kompas.com - 28/07/2023, 09:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Sepanjang abad ke-16, Kerajaan Aceh menyerang Portugis di Malaka.

Perang Aceh-Portugis berlangsung sangat sengit, di mana kedua pihak terlibat dalam puluhan pertempuran.

Sayangnya, serangan Aceh terhadap Portugis yang berkedudukan di Malaka selalu mengalami kegagalan.

Padahal, Kerajaan Aceh telah mendapat banyak bantuan, salah satunya dari Kesultanan Turki Usmani.

Lantas, apa sebabnya Aceh tidak berhasil mengalahkan Portugis di Malaka?

Baca juga: Perlawanan Aceh terhadap Portugis

Kronologi perang Aceh-Portugis

Malaka adalah pintu gerbang lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia, di mana para pedagang dari Barat dan Timur saling bertemu.

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada 1511 pun membawa dampak sangat besar bagi dunia.

Pada awalnya, monopoli perdagangan Portugis di Malaka memberikan keuntungan bagi kemajuan Kerajaan Aceh, karena pelabuhannya semakin ramai dikunjungi para pedagang Islam yang tidak lagi berdagang di Malaka.

Namun pada perkembangannya, Aceh dan Portugis menganggap satu sama lain sebagai saingan dalam bidang politik, ekonomi, dan penyebaran agama.

Baca juga: Wilayah Kekuasaan Kerajaan Aceh

Beberapa penyebab terjadinya perang Aceh melawan Portugis di antaranya:

  • Keinginan Aceh menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka
  • Ambisi Portugis untuk memonopoli perdagangan Aceh
  • Portugis melakukan blokade terhadap perdagangan Aceh
  • Portugis melakukan penangkapan kapal-kapal Aceh

Karena alasan-alasan itulah, terjadi perang antara Kerajaan Aceh dan bangsa Portugis di kawasan Malaka sepanjang abad ke-16.

Untuk melawan bangsa Portugis, Kerajaan Aceh membangun hubungan diplomatik dengan beberapa kerajaan di dalam maupun luar Nusantara.

Dari hubungan diplomatik itulah, Kerajaan Aceh memperoleh bantuan dari Kesultanan Turki Usmani berupa pasukan, kapal perang, alat-alat perang, hingga tenaga ahli yang mengajarkan orang Aceh untuk membuat senjata sendiri.

Baca juga: Apa Bantuan yang Diberikan Turki Usmani kepada Aceh?

Bantuan dari Turki didapatkan Aceh sejak masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah, terutama pada 1560-an.

Kerajaan Aceh memerangi Portugis di Malaka selama sekitar satu abad, yakni sejak awal abad ke-16 hingga tahun 1639.

Namun, meski telah mendapatkan banyak bantuan dari Turki, Aceh tidak pernah berhasil melemahkan kekuatan Portugis di Malaka.

Penyebab kegagalan serangan Aceh terhadap Portugis

Setidaknya terdapat tiga faktor penyebab kegagalan serangan Aceh terhadap Portugis di Malaka, yaitu:

  • Konflik internal Kerajaan Aceh
  • Strategi dan peralatan perang Portugis lebih unggul
  • Memudarnya hubungan Aceh dan Turki

Baca juga: Akhir Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Portugis

Menurut Ricklefs, setelah kematian Sultan Alauddin Riayat Syah pada 1571, perkembangan militer Kerajaan Aceh terganggu akibat pertikaian internal kerajaan.

Kemelut di istana Kerajaan Aceh ditandai dengan perebutan kekuasaan.

Antara 1571 hingga 1607, Kerajaan Aceh dipimpin oleh delapan sultan secara bergantian, dan dua di antaranya bukan keturunan pendiri kerajaan.

Sultan-sultan tersebut umumnya hanya memerintah selama beberapa tahun atau bahkan beberapa bulan saja.

Pada masa Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar, kekuatan militer Aceh benar-benar kuat karena diperhatikan oleh sultan.

Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar juga menjaga hubungan baik dengan Sultan Salim II dari Ottoman agar mendapat bantuan yang dibutuhkan untuk menghadapi Portugis.

Bantuan dari Kekaisaran Ottoman tidak dapat direalisasikan dengan baik sepeninggal Sultan Alauddin, yang disusul kematian Sultan Salim II pada 1574.

Baca juga: Apa Hubungan Aceh dengan Turki Usmani?

Di Kekaisaran Ottoman, Sultan Murad III yang menggantikan Sultan Salim II tidak berminat besar untuk memperjuangkan kawasan selatan karena harus melayari lautan yang sangat jauh.

Terlebih, Kekaisaran Ottoman juga harus mengirim bantuan kepada wilayah vasalnya yang menghadapi pemberontakan.

Situasi di Kerajaan Aceh dan Kekaisaran Ottoman itu membuat hubungan Aceh-Turki memudar sehingga serangan terhadap bangsa Portugis di Malaka menjadi tidak maksimal.

Serangan yang direncanakan ke Malaka sering kandas di tengah jalan karena strategi yang kurang matang.

Ketika Sultan Iskandar Muda naik takhta pada 1606, ambisi untuk menyerang Portugis di Malaka yang sempat turun, kembali dihidupkan.

Pada 1615, Sultan Iskandar Muda memimpin ekspedisi terbesar yang pernah dikirim Kerajaan Aceh untuk menyerang Portugis.

Sayangnya, serangan itu juga belum mampu menggoyahkan kedudukan Portugis di Malaka, bahkan pasukan Aceh sendiri menderita kerugian besar.

Baca juga: Kerajaan Aceh: Raja-raja, Puncak Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Ilustrasi armada Kekaisaran Turki Usmani yang menuju Aceh pada abad ke-16.Wikimedia Commons Ilustrasi armada Kekaisaran Turki Usmani yang menuju Aceh pada abad ke-16.
Berbagai bantuan dari Kekaisaran Ottoman untuk Kerajaan Aceh ternyata juga belum mampu mengungguli teknologi, strategi, dan peralatan perang yang dimiliki bangsa Portugis.

Alih-alih menggunakan kayu, konstruksi kapal perang Portugis terbuat dari besi, sehingga tidak mudah hancur.

Serangan-serangan Aceh selama satu abad memang merepotkan, tetapi tidak cukup kuat untuk menghentikan langkah Portugis.

Memasuki tahun 1630, konflik di kawasan Malaka melibatkan pihak lebih besar, yakni dengan kongsi dagang Belanda, VOC, dan kongsi dagang Inggris, EIC.

Alhasil, baik Aceh maupun Portugis tidak lagi fokus kepada satu sama lain.

Kerajaan Aceh sempat didatangi utusan VOC yang mengajak untuk bersatu melawan Portugis.

Namun, Kerajaan Aceh menolak ajakan tersebut karena bangsa Portugis bukan lagi prioritasnya.

Baca juga: Bukti Kerajaan Aceh Maju dalam Diplomasi

Pada akhirnya, Kerajaan Aceh mempertahankan kebesarannya sendiri, sedangkan bangsa Portugis terusir dari Malaka pada 1641 setelah dikalahkan oleh VOC.

Peristiwa itu menandai akhir dari perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis.

 

Referensi:

  • Hakim, Lukman. (2022). Berebut Hegemoni di Selat Malaka: Peran Usmani dalam Konflik Militer Aceh-Portugis Tahun 1562-1640 M. Serang: Penerbit A-Empat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com