KOMPAS.com - Sepanjang abad ke-16, Kerajaan Aceh melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis yang menduduki Malaka sejak 1511.
Jalannya perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis sangat sengit, di mana kedua kubu terlibat dalam puluhan pertempuran.
Lantas, bagaimana akhir dari perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis?
Baca juga: Perlawanan Aceh terhadap Portugis
Dengan menduduki Malaka, Portugis berarti menguasai salah satu pusat perdagangan dunia.
Salah satu pihak yang terdampak kekuasaan Portugis di Malaka adalah Kerajaan Aceh, yang pusat pemerintahannya berada di ujung barat Pulau Sumatera dan sangat dekat dengan Malaka.
Pada awalnya, Kerajaan Aceh cukup diuntungkan dengan monopoli Portugis di Malaka, karena pelabuhannya semakin ramai dikunjungi para pedagang Islam yang tidak lagi berdagang di Malaka.
Pada perkembangannya, Aceh dan Portugis menganggap satu sama lain sebagai saingan dalam bidang politik, ekonomi, dan penyebaran agama.
Dari situlah, Portugis dan Kerajaan Aceh saling melemparkan serangan yang berlangsung selama sekitar satu abad.
Baca juga: Apa Bantuan yang Diberikan Turki Usmani kepada Aceh?
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis yang paling sengit terjadi pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah.
Sultan Alauddin berupaya mencari solusi dengan mengembangkan kemampuan kerajaan di bidang militer, baik dalam hal strategi perang, senjata, maupun perlengkapan lain seperti kapal perang.
Militer Kerajaan Aceh pun menjadi kuat setelah Sultan Alauddin menjalin hubungan diplomatik dengan Kesultanan Turki Usmani, imperium Islam terkuat di dunia saat itu.
Untuk membantu Aceh, sultan Ottoman mengirimkan armadanya melayari samudra menuju Laut Hindia.
Armada Ottoman tidak hanya membawa pasukan, peralatan perang, dan pelaut, tetapi juga para pakar artileri yang ditugaskan membantu Aceh membuat meriam dengan bahan yang tersedia di sana.
Sayangnya, keberuntungan tidak banyak memihak Aceh, karena beberapa bantuan dari Kekaisaran Ottoman dialihkan ke Yaman yang mengalami pemberontakan.
Baca juga: Bukti Kerajaan Aceh Maju dalam Diplomasi
Pada 1566-1567, hanya dua kapal dari Turki yang tiba di Aceh, sementara beberapa lainnya menyusul.