Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Portugis

Kompas.com - 27/07/2023, 17:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Sepanjang abad ke-16, Kerajaan Aceh melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis yang menduduki Malaka sejak 1511.

Jalannya perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis sangat sengit, di mana kedua kubu terlibat dalam puluhan pertempuran.

Lantas, bagaimana akhir dari perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis?

Baca juga: Perlawanan Aceh terhadap Portugis

Hasil perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis

Dengan menduduki Malaka, Portugis berarti menguasai salah satu pusat perdagangan dunia.

Salah satu pihak yang terdampak kekuasaan Portugis di Malaka adalah Kerajaan Aceh, yang pusat pemerintahannya berada di ujung barat Pulau Sumatera dan sangat dekat dengan Malaka.

Pada awalnya, Kerajaan Aceh cukup diuntungkan dengan monopoli Portugis di Malaka, karena pelabuhannya semakin ramai dikunjungi para pedagang Islam yang tidak lagi berdagang di Malaka.

Pada perkembangannya, Aceh dan Portugis menganggap satu sama lain sebagai saingan dalam bidang politik, ekonomi, dan penyebaran agama.

Dari situlah, Portugis dan Kerajaan Aceh saling melemparkan serangan yang berlangsung selama sekitar satu abad.

Baca juga: Apa Bantuan yang Diberikan Turki Usmani kepada Aceh?

Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis yang paling sengit terjadi pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah.

Sultan Alauddin berupaya mencari solusi dengan mengembangkan kemampuan kerajaan di bidang militer, baik dalam hal strategi perang, senjata, maupun perlengkapan lain seperti kapal perang.

Militer Kerajaan Aceh pun menjadi kuat setelah Sultan Alauddin menjalin hubungan diplomatik dengan Kesultanan Turki Usmani, imperium Islam terkuat di dunia saat itu.

Untuk membantu Aceh, sultan Ottoman mengirimkan armadanya melayari samudra menuju Laut Hindia.

Armada Ottoman tidak hanya membawa pasukan, peralatan perang, dan pelaut, tetapi juga para pakar artileri yang ditugaskan membantu Aceh membuat meriam dengan bahan yang tersedia di sana.

Sayangnya, keberuntungan tidak banyak memihak Aceh, karena beberapa bantuan dari Kekaisaran Ottoman dialihkan ke Yaman yang mengalami pemberontakan.

Baca juga: Bukti Kerajaan Aceh Maju dalam Diplomasi

Pada 1566-1567, hanya dua kapal dari Turki yang tiba di Aceh, sementara beberapa lainnya menyusul.

Dengan dukungan bantuan dari Kekaisaran Ottoman, Kerajaan Aceh sangat aktif melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka pada 1560-an hingga 1570-an.

Namun, serangan-serangan yang dilancarkan kedua pihak belum mampu mengalahkan kekuatan satu sama lain.

Bantuan-bantuan dari Kekaisaran Ottoman hanya cukup membuat Kerajaan Aceh mempertahankan diri untuk waktu yang sangat lama dalam menghadapi Portugis.

Antara tahun 1570-an hingga awal abad ke-17, hanya sedikit catatan sejarah yang menulis hubungan Kerajaan Aceh dan Kekaisaran Ottoman.

Meski Kekaisaran Ottoman masih menambah suplemen bagi kekuatan militer Kerajaan Aceh, tetapi pengaruhnya tidak sebesar di masa Sultan Alauddin dan Sultan Salim II.

Baca juga: Apa Hubungan Aceh dengan Turki Usmani?

Ekspedisi Aceh ke Malaka juga banyak yang kandas di tengah jalan akibat konflik internal kerajaan.

Ketika Sultan Iskandar Muda naik takhta pada 1606, ambisi untuk menyerang Portugis di Malaka yang sempat turun, kembali dihidupkan.

Pada 1615, Sultan Iskandar Muda memimpin ekspedisi terbesar yang pernah dikirim Kerajaan Aceh untuk menyerang Portugis.

Sayangnya, serangan itu juga belum mampu menggoyahkan kedudukan Portugis di Malaka, bahkan pasukan Aceh sendiri menderita kerugian besar.

Memasuki tahun 1630, konflik di kawasan Malaka melibatkan pihak lebih besar, yakni dengan kongsi dagang Belanda, VOC, dan kongsi dagang Inggris, EIC.

Alhasil, baik Aceh maupun Portugis tidak lagi fokus kepada satu sama lain.

Baca juga: Wilayah Kekuasaan Kerajaan Aceh

Selama sekitar satu abad berperang, Kerajaan Aceh tidak berhasil mengusir bangsa Portugis dari Malaka.

Meski Aceh telah mendapat banyak bantuan dari Kekaisaran Ottoman, bangsa Portugis masih unggul dalam teknologi perang.

Kerajaan Aceh sempat didatangi utusan VOC yang mengajak untuk bersatu melawan Portugis.

Namun, Kerajaan Aceh menolak ajakan tersebut karena bangsa Portugis bukan lagi prioritasnya.

Pada akhirnya, Kerajaan Aceh mempertahankan kebesarannya sendiri, sedangkan bangsa Portugis terusir dari Malaka pada 1641 setelah dikalahkan oleh VOC.

 

Referensi:

  • Hakim, Lukman. (2022). Berebut Hegemoni di Selat Malaka: Peran Usmani dalam Konflik Militer Aceh-Portugis Tahun 1562-1640 M. Serang: Penerbit A-Empat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com