KOMPAS.com - Renaissance atau Renaisans menjadi salah satu peristiwa penting dalam lembar sejarah Eropa.
Periode renaissance berlangsung dari abad ke-14 hingga abad ke-17, tepatnya antara Abad Pertengahan dan Abad Pencerahan.
Renaissance begitu penting karena merupakan periode transisi yang melahirkan perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Eropa.
Kata renaissance sendiri berasal dari bahasa Perancis, yang artinya terlahir kembali.
Renaissance disebut sebagai masa "kelahiran kembali" budaya, seni, politik dan ekonomi, setelah Abad Pertengahan atau Abad Kegelapan (Dark Ages).
Selain itu, beberapa pemikir, penulis, negarawan, ilmuwan, dan seniman terhebat dalam sejarah lahir di periode ini.
Berikut ini latar belakang munculnya Renaissance.
Baca juga: Kondisi Eropa Sebelum Renaissance
Renaissance dimulai di Florence, Italia, pada abad ke-14, sebelum akhirnya menyebar ke seluruh penjuru Eropa pada abad ke-16.
Florence sendiri merupakan kota yang memiliki kekayaan budaya di mana para bangsawannya mau dan mampu mendukung seniman pemula.
Sebelum Renaissance, Eropa mengalami Abad Pertengahan atau sering juga disebut Abad Kegelapan (Dark Ages).
Disebut sebagai Abad Kegelapan, karena banyak terjadi perang, kelaparan, dan pandemi seperti Black Death.
Abad Pertengahan juga ditandai dengan kuatnya tradisi feodalisme dan adanya pengaruh besar agama Katolik dalam kehidupan masyarakat.
Hal itu membuat masyarakat Eropa sangat kaku secara agama, politik, dan sosial, serta tidak terbuka terhadap perubahan.
Baca juga: Pengaruh Renaissance bagi Indonesia
Menjelang abad ke-13, masyarakat Eropa mulai mengalami pergeseran pandangan.
Pergeseran itu sebagai salah satu imbas luasnya jaringan perdagangan yang memungkinkan peningkatan interaksi antara masyarakat Eropa dengan budaya-budaya Asia dan Afrika.
Jaringan perdagangan yang melalui Jalur Sutra membuat bangsa Eropa melakukan transaksi jual beli sembari berinteraksi dengan peradaban Timur Tengah, yang menjadi pusat pembelajaran dan pengetahuan kala itu.
Interaksi antara bangsa yang berbeda itu menyebabkan penyebaran pengetahuan ilmiah dan filosofi, yang kemudian menginspirasi orang-orang Eropa, termasuk para seniman, penulis, dan filsuf, untuk membuat perubahan.
Baca juga: Dampak Renaissance bagi Dunia
Para sejarawan meyakini bahwa pada Abad Pertengahan filsafat serta ilmu-ilmu bangsa Yunani dan Romawi Kuno kurang diperhatikan.
Kemunculan zaman Renaissance didorong oleh penemuan kembali teks-teks Yunani dan Romawi kuno, yang sebagian besar diabaikan selama Abad Pertengahan.
Sebelum ditemukan kembali oleh para pemikir Eropa, banyak dari teks-teks tersebut dilestarikan oleh umat Muslim dan Yahudi di Timur Tengah.
Salah satu tokoh Renaissance Italia yang berjasa adalah Petrarch, yang menemukan kembali karya Cicero, filsuf Romawi yang diakui sebagai salah satu penulis terbaik pada masanya.
Penemuan kembali teks-teks Cicero pada abad ke-14 dianggap memantik Renaissance di Italia dan mengilhami para sarjana Eropa lainnya untuk meniru Petrarch, yakni melihat kembali teks-teks kuno.
Baca juga: Perkembangan Musik Era Renaisans
Pada Abad Pertengahan, pemikiran individu kurang dihargai, sedangkan kebenaran diukur berdasarkan kebenaran gereja.
Memasuki abad ke-14, gerakan budaya yang dikenal sebagai humanisme mulai mendapatkan momentum di Italia.
Humanisme pada masa Renaisans menonjolkan gagasan bahwa manusia sebagai individu bebas menentukan pilihan dan layak mendapatkan penghargaan atas capaiannya dalam pendidikan, seni, sastra, maupun ilmu pengetahuan.
Fenomena ini menimbulkan pergeseran mendasar dari kehidupan feodalistik dan religius yang melekat di Eropa pada Abad Pertengahan.
Baca juga: Black Death, Pandemi Paling Mematikan dalam Sejarah
Black Death (Maut Hitam) merupakan peristiwa pandemi paling parah dalam sejarah umat manusia yang menghancurkan hampir 60 persen populasi di Eropa.
Sepanjang abad ke-14, pandemi tersebut diperkirakan telah menelan hampir 200 juta jiwa di Eropa dan Asia.
Di sisi lain, peristiwa mengerikan ini membuat orang-orang Eropa mempertanyakan dan menentang agama mereka sendiri.
Pasalnya, saat itu belum diketahui pasti penyebabnya, sehingga masyarakat juga tidak mengerti cara menghentikannya.
Banyak orang berpendapat bahwa tragedi itu adalah kehendak Tuhan dan menggunakan pemahaman agama mereka untuk menjelaskan penyebarannya.
Black Death kemudian dijadikan kesempatan oleh sebagian orang untuk mempertanyakan otoritas Gereja Katolik dan memungkinkan masuknya ide-ide baru ke dalam masyarakat Eropa.
Pandemi ini bahkan mampu menggeser ketidakseimbangan kekuasaan dan kekayaan dalam masyarakat Eropa.
Referensi: