Alhasil, HMI pun menggelar aksi demonstrasi yang salah satu tuntutannya adalah meminta Soekarno mencabut Prijono dari jabatannya sebagai menteri.
Presiden Soekarno sendiri tidak mengindahkan satu pun permintaan dari para demonstran tersebut.
Sejak saat itu, Prijono pun dijadikan target oleh gerakan mahasiswa Islam, yang berujung penculikan.
Menteri Prijono diculik oleh sekelompok aktivis mahasiswa Islam yang disebut-sebut mendapat dukungan dari Letnan Jenderal Soeharto.
Dukungan Soeharto sendiri didasari oleh kecurigaannya terhadap Prijono yang diduga berhaluan kiri atau komunis.
Pada 11 Maret 1966, Presiden Soekarno memang sudah memberi mandat kepada Soeharto melalui Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar untuk mengambil segala tindakan demi mendamaikan konflik pasca-G30S.
Soeharto kemudian menggunakan Supersemar sebagai alat untuk membubarkan PKI dan organisasi di bawahnya.
Selain itu, Soeharto juga membuat sebuah daftar nama pejabat tinggi yang dianggap komunis dan nama Prijono masuk di dalamnya.
Memang tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa Prijono merupakan seorang komunis, tetapi partainya yang sosialis, yaitu Murba, sudah terlanjur dianggap pro-PKI.
Alhasil, mau tidak mau nama Prijono ikut terseret.
Pada akhirnya, Menteri Prijono berhasil ditangkap tanggal 16 Maret 1966 oleh aktivis yang tergabung ke dalam gerakan mahasiswa Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan Laskar Ampera Arief Rahman Hakim.
Selain Prijono, banyak menteri-menteri lain yang juga ikut diciduk oleh Angkatan Darat.
Mereka yang diculik, termasuk Prijono segera dijebloskan ke dalam penjara.
Prijono kemudian meninggal dunia secara mendadak karena serangan jantung pada 6 Maret 1969.
Baca juga: G30S, G30S/PKI, Gestapu, Gestok, Apa Bedanya?
Semasa hidup, Prijono sudah mengantongi cukup banyak penghargaan berkat jasa yang ia kerahkan, khususnya dalam bidang pendidikan.
Berikut ini beberapa penghargaan untuk Prijono:
Referensi: