Setelah melakukan salat istikharah, KH Ahmad Dahlan memutuskan menamai organisasinya dengan Muhammadiyah.
Baca juga: Ahmad Dahlan: Kehidupan, Perjuangan, dan Perannya di Muhammadiyah
Sejak NU berdiri pada 1926, organisasi ini langsung berkembang di sejumlah kota di Indonesia.
Perkembangannya juga didukung oleh tujuan mulia dari NU, yaitu menjaga berlakunya ajaran Islam yang menganut paham ahlussunnah wal jamaah.
Selain itu, NU juga bertujuan mewujudkan tatanan masyarakat yang adil demi kemaslahatan serta kesejahteraan umat Muslim, sekaligus demi terciptanya rahmat untuk semesta alam.
Sejak didirikan hingga saat ini, NU telah mengalami perkembangan pesat dengan kepengurusan tersebar di seluruh wilayah Tanah Air.
Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan dengan tujuan untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan, serta sebagai wadah madrasah Ibdtidaiyah Diniyah Islamiyah.
Baca juga: Sejarah Perumusan 12 Langkah Muhammadiyah
Di samping itu, tujuan lain berdirinya Muhammadiyah adalah sebagai berikut.
Berikut sejumlah perbedaan NU dan Muhammadiyah dalam salat.
Baca juga: Tokoh Muhammadiyah yang Bergelar Pahlawan Nasional
Perbedaan keputusan dalam penentuan hilal pada bulan Ramadan atau Idul Adha bukan hal baru di Indonesia.
Hal ini karena metode yang digunakan oleh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah berbeda.
Berikut perbedaan NU dan Muhammadiyah dalam menentukan hilal.
Penentuan hilal menurut NU didasarkan pada penglihatan dan pengamatan bulan secara langsung atau dikenal sebagai metode rukyatul hilal.
Yang disebut hilal adalah bulan sabit muda sangat tipis pada fase awal bulan baru, di mana pengamatannya dilakukan pada hari ke-29 atau malam ke-30 bulan yang sedang berjalan.
Bila malam tersebut hilal sudah terlihat, maka malam itu sudah dimulai bulan baru. Pedoman penentuan hilal ini didasarkan oleh NU dari firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 189.
Baca juga: Kuntowijoyo, Sejarawan dan Tokoh Muhammadiyah
Metode penentuan hilal yang digunakan Muhammadiyah adalah perhitungan astronomis yang bernama hisab hakiki wujudul hilal.
Metode ini meyakini adanya hilal meski tidak terlihat dengan mata telanjang selama memenuhi kriteria tertentu, di antaranya:
Apabila terdapat satu kriteria yang tidak terpenuhi, maka belum masuk bulan baru. Itulah mengapa, NU dan Muhammadiyah sering berbeda pendapat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.