KOMPAS.com - Syekh Nawawi al-Bantani adalah seorang ulama Indonesia yang mendunia karena menjadi pengajar di Masjidil Haram, Mekkah.
Ia adalah seorang ulama yang sangat produktif menulis kitab dan menghasilkan ratusan karya. Karya tersebut meliputi bidang ilmu fiqih, tafsir, tauhid, tasawuf, dan hadis.
Syekh Nawawi al-Bantani juga berperan dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan kolonial Belanda di Indonesia.
Baca juga: Syekh Bentong, Kakek Raden Patah yang Merintis Islamisasi Jawa
Syekh Nawai lahir pada tahun 1813 di Kampung Tanara, Desa Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten.
Ia memiliki nama Muhammad Nawawi bin 'Umar bin 'Arabi al-Bantani yang merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara.
Ayahnya, Syekh Umar bin Arabi al-Bantani merupakan ulama di Banten, sedangkan ibunya bernama Zubaedah.
Ketika kecil, Syekh Nawawi belajar Al-Quran dan dasar-dasar Islam kepada ayahnya.
Setelah belajar bersama ayahnya, Syekh Nawawi berguru kepada Haji Sahal dan Raden Haji Yusuf selama enam tahun.
Ia kemudian kembali ke Tanara untuk menggantikan ayahnya sebagai pemimpin pondok pesantren.
Baca juga: Biografi Abah Guru Sekumpul, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan
Syekh Nawawi hanya bertahan selama kurang lebih dua tahun mengajar di pondok pesantren, Tanara.
Ia kemudian pergi ke Mekkah untuk belajar agama Islam di pusat pengajarannya langsung, yaitu di Masjidil Haram.
Di Mekkah, Syekh Nawawi belajar kepada banyak ulama ternama di Arab, seperti Sayyid Ahmad An-Nahrawi, Syekh Muhammad Khatib Al-Hanbali, Sayyid Ahmad Zaini, dan Sayyid Ahmad Ad-Dimyati.
Di Mekkah, Syekh Nawawi hanya bertahan selama tiga tahun untuk belajar. Ia kemudian kembali ke Tanara dan mengajar di pondok pesantren ayahnya.
Begitu sampai di Banten, Syekh Nawawi sangat geram melihat kondisi masyarakat berada di bawah belenggu penjajahan Belanda.
Ia kemudian memanfaatkan mimbar-mimbar untuk ceramah mengobarkan semangat perjuangan. Syiarnya mengutuk penjajahan Belanda dan mengajak masyarakat lepas dari penjajahan.
Baca juga: Ibnu Taimiyah, Ulama yang Hidup dari Penjara ke Penjara