KOMPAS.com - Ibnu Rusyd atau dikenal dengan nama Averroes di dunia Barat, adalah seorang cendekiawan Muslim yang berasal dari Andalusia (Spanyol), yang dulu diperintah oleh orang Islam.
Ia diketahui ahli dalam bidang filsafat, teologi Islam, kedokteran, astronomi, fisika, fikih atau hukum Islam, dan linguistik.
Selain itu, Ibnu Rusyd pernah bekerja sebagai hakim dan dokter istana untuk Kekhalifahan Muwahhidun.
Namun, meski memiliki pencapaian yang luar biasa, ia malah dikenai berbagai tuduhan dan diputuskan oleh pengadilan bahwa ajarannya sesat.
Baca juga: Ibnu Taimiyah, Ulama yang Hidup dari Penjara ke Penjara
Ibnu Rusyd memiliki nama asli Muhammad bin Ahmad bin Rusyd. Ia lahir pada 1126 di Kordoba, Spanyol, yang saat itu menjadi wilayah Kerajaan Murabithun yang berpusat di Maroko.
Keluarga dikenal sebagai tokoh masyarakat di Kordoba, terutama atas peran mereka dalam bidang hukum dan agama.
Kakek Ibnu Ruysd, Abu al-Walid Muhammad, merupakan seorang kepala hakim di Kordoba dan seorang imam Masjid Agung Kordoba.
Sedangkan ayahnya, Abu al-Qasim Ahmad, menjabat sebagai hakim pada masa kekuasaan Murabithun, hingga Kordoba jatuh ke tangan Kekhalifahan Muwahhidun.
Ketika masih muda, Ibnu Rusyd telah menerima pendidikan yang istimewa tentang hadis, kedokteran, dan teologi.
Ia belajar hukum Islam atau fikih dengan ulama bernama Al-Hafiz Abu Muhammad ibn Rizq yang bermazhab Maliki.
Selain itu, Ibnu Rusyd juga belajar tentang fikih dari ayahnya, yang mengajarkannya kitab Al-Muwatta atau Al-Muwaththa, buah karya Imam Malik yang paling terkenal.
Baca juga: Biografi Imam Malik bin Anas, Pendiri Mazhab Maliki
Guru ilmu hadisnya adalah Ibnu Basykuwal, yang merupakan murid dari kakeknya. Sedangkan dalam bidang kedokteran dan filsafat, ia berguru ke Abu Jafar Jarim at-Tajail.
Ibnu Rusyd juga sempat belajar secara mandiri saat mempelajari karya-karya dari Ibnu Bajjah atau Avempace, yang dikenal sebagai ilmuwan astronomi, fisika, dan juga sastrawan.
Saat muda, ia sudah sering ikut dalam pertemuan ilmuwan di Andalusia, salah satunya pertemuan rutin para filsuf, dokter, dan sastrawan di Kota Sevilla.
Dalam pertemuan itu, hadir filsuf Ibnu Thufail, Ibnu Zuhri, serta Abu Yusuf Yaqub, yang kelak menjadi khalifah Muwahhidun.