Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tumpek dalam Tradisi Masyarakat Hindu Bali

Kompas.com - 23/04/2024, 13:00 WIB
Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tumpek merupakan hari suci umat Hindu di Bali, yang dilaksanakan enam kali dalam kurun waktu 210 hari.

Enam tumpek yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu Bali yakni Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek Kuningan, Tumpek Krulut, Tumpek Kandang, dan Tumpek Wayang.

Dengan kata lain, jarak perayaan tumpek satu dengan tumpek berikutnya adalah 35 hari, atau satu bulan dalam hitungan kalender Bali.

Melansir tamanbali.desa.id, istilah tumpek berasal dari kata "metu", yang artinya bertemu, dan "mpek" yang berarti akhir. Jadi, tumpek merupakan pertemuan hari yang terakhir.

Hari terakhir yang dimaksud adalah hari terakhir dalam sapta wara (siklus tujuh harian), yakni Sabtu atau Saniscara, dan hari terakhir dalam panca wara (siklus lima harian), yakni Kliwon.

Perayaan tumpek jatuh pada puncak dari sapta wara dan panca wara, yakni Sabtu Kliwon atau Saniscara Kliwon, dan wuku yang menjadi nama suatu tumpek.

Tumpek Landep misalnya, dilaksanakan setiap Sabtu Kliwon atau Saniscara Kliwon wuku Landep, yang datang setiap 210 hari sekali.

Berikut ini enam tumpek dalam tradisi masyarakat Hindu Bali.

Baca juga: Sejarah Hari Raya Galungan dan Rangkaian Acaranya

Tumpek Landep

Tumpek Landep adalah hari umat hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati.

Landep berarti tajam atau runcing. Pada hari Tumpek Ladep, diupacarai pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris dan benda-benda hasil cipta karsa manusia yang dapat mempermudah hidup, termasuk sepeda motor, mobil, mesin, dan lainnya.

Tumpek Landep dimaknai sebagai tonggak penajaman, cita, budhi, dan manah (pikiran). Dengan demikian, umat diharapkan selalu berperilaku berdasarkan kejernihan pikiran dengan landasan nilai-nilai agama.

Tumpek Wariga

Tumpek Wariga disebut juga Tumpek Bubuh, yang diperingati setiap Saniscara Kliwon wuku Wariga, yang datang setiap 210 hari sekali.

Tumpek Wariga merupakan upacara yang diyakini umat Hindu dapat memberikan petunjuk atau berkomunikasi dengan tanaman agar berbuah melimpah, sehingga hasilnya dapat dihadirkan saat Hari Raya Galungan, yang akan dilaksanakan 25 hari kemudian.

Baca juga: Sejarah Hari Raya Galungan dan Rangkaian Acaranya

Upacara Tumpek Wariga umumnya dilakukan di kebun atau lahan pertanian milik masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, umat Hindu di Bali menyajikan sesajen berupa canang dan bubur dari tepung beras sebagai persembahan kepada Dewa Sangkara, yang merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai dewa tumbuhan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com