Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumpek Krulut, Hari Kasih Sayang Umat Hindu Bali

Kompas.com - 16/04/2024, 12:00 WIB
Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.comTumpek Krulut adalah hari suci umat Hindu Bali untuk memuliakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang diyakini hadir dalam manifestasi sebagai Dewa Iswara atau Kawiswara.

Perayaan Tumpek Krulut jatuh pada hari Sabtu Kliwon, dalam rangkaian wuku Krulut, yang terjadi setiap enam bulan atau 210 hari dalam kalender Bali.

Hari Tumpek Krulut dimaknai sebagai hari untuk menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama manusia. 

Oleh karena itu, Tumpek Krulut juga disebut sebagai hari kasih sayang versi umat Hindu Bali.

Baca juga: Ngaben, Upacara Pembakaran Jenazah Umat Hindu di Bali

Tumpek keempat dari enam tumpek di Bali

Tumpek Krulut adalah tumpek keempat dari enam tumpek (Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek Kuningan, Tumpek Klurut, Tumpek Uye, Tumpek Wayang) dalam siklus kalender Bali

Kata Tumpek berasal dari gabungan kata "metu" yang artinya bertemu, dan "mpek" yang berarti akhir, sehingga tumpek dapat diartikan hari pertemuan.

Sedangkan Krulut berasal dari kata "Lulut" yang memiliki arti cinta kasih, kegembiraan, serta kebahagiaan.

Karena itu, Tumpek Krulut juga dikenal dengan nama Tumpek Lulut.

Dalam Lontar Sundarigama, disebutkan bahwa Tumpek Krulut adalah hari suci yang dirayakan untuk melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Iswara, sebagai manisfestasi Tuhan yang membidangi berbagai unsur seni dan keindahan.

Tumpek Krulut juga diartikan sebagai Tumpek Gong, Odalan Gong, atau Otonan Gong, karena gong atau gamelan merupakan alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian yang indah dan sarana yang menampilkan tabuh atau suara-suara suci dalam kehidupan adat dan budaya di Bali.

Baca juga: Watangan Matah dalam Pertunjukan Calonarang di Bali

Pada hari perayaan Tumpek Krulut, dilakukan upacara penyucian (otonan) Sarwa Tetangguran (gamelan/alat musik), disertai dengan pagelaran tarian seperti Legong Kuntul, tari Barong Landung, dan lain sebagainya.

Penyucian dilakukan dengan menyipratkan air suci ke set gamelan yang akan disucikan untuk menghilangkan hal-hal buruk yang menempel pada gamelan.

Selanjutnya, masyarakat Bali memberikan sesajen, yang merupakan simbol persembahan kepada Dewa Iswara.

Jenis sesajen yang disajikan beragam, biasanya terdiri dari ajuman, tigasan, peras pengambean, dan tipat/ketupat gong.

Sesajen diletakkan di dekat alat musik dengan tujuan agar suara gamelan terdengar cantik dan indah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com