Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Flu Burung Pertama pada Sapi Terkonfirmasi di AS

Kompas.com - 29/03/2024, 19:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit sapi yang “misterius” di Amerika Serikat (AS) menyebabkan susu sapi lebih kental dan berubah warna. Setelah diselidiki, penyakit tersebut merupakan flu burung pertama yang terkonfirmasi pada sapi.

Menurut pernyataan resmi Departemen Pertanian AS, sapi di empat peternakan sapi perah di Texas dan Kansas dinyatakan positif mengidap penyakit flu burung yang sangat patogen (HPAI).

Kasus-kasus serupa juga telah terkonfirmasi di negara bagian New Mexico, meskipun otoritas setempat belum menginformasikan jumlah peternakan atau sapi yang terkena dampaknya.

Para ilmuwan yang berupaya menyelidiki wabah tersebut menemukan jejak virus influenza di beberapa sampel susu sapi sebelum dipasteurisasi.

Baca juga: Perut Sapi Bisa Urai Beberapa Jenis Plastik, Bisa Jadi Solusi Sampah?

Jim Lowe, dokter hewan dan peneliti influenza di Illinois University, Urbana-Champaign, mengatakan kepada The New York Times bahwa susu yang terkontaminasi tampak seperti sirup dan kental. Namun, jika produk ini sampai ke pasaran, para ahli mengatakan, pasteurisasi masih bisa melindungi konsumen dari virus.

Wabah langka ini terjadi lebih dari 15 tahun setelah percobaan laboratorium yang menunjukkan bahwa hewan ternak sangat rentan terhadap flu burung, sebagaimana yang dihipotesiskan oleh beberapa ahli.

Penelitian ini dipicu oleh wabah H5N1 di Asia pada tahun 1997 yang menyebabkan infeksi fatal pada burung liar, unggas, dan bahkan manusia. Babi tertular wabah tersebut pada tahun 2005, namun selama bertahun-tahun, tidak jelas apakah hewan ternak ruminansia, seperti sapi, juga dapat tertular.

Sejak akhir tahun 1990-an, para ilmuwan telah berhipotesis bahwa flu burung dapat menular ke hewan ternak, manusia, atau hewan lain, namun bukti yang jelas masih belum memadai.

Sapi yang sakit di Inggris ditemukan mengalami peningkatan tingkat antibodi terhadap strain H1N1 pada manusia. Dan pada tahun 1999, sebuah penelitian menemukan bukti bahwa sapi yang produksi susunya berkurang menunjukkan tanda-tanda infeksi influenza. Namun, penularan yang baru-baru ini terjadi di peternakan sapi perah di AS merupakan hal yang unik.

Baca juga: Kasus Pertama Penguin di Antartika Mati karena Flu Burung

Sejauh ini, flu burung telah berdampak pada sekitar empat peternakan sapi perah, dan sekitar 10 persen dari masing-masing peternakan yang terkena dampaknya. Beberapa petani juga melihat burung liar mati di lahan mereka, yang menunjukkan bahwa sumbernya berasal dari unggas yang bermigrasi.

Untungnya, sejauh ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada sapi yang mati karena virus ini, namun infeksi tersebut menyebabkan penurunan tajam dalam produksi susu, bahkan hingga 40 persen, yang biasanya berlangsung selama seminggu hingga 10 hari.

Departemen Pertanian Texas mengatakan, pihaknya akan memantau terus dengan waspada penyebaran virus tersebut. Mereka pun menyatakan bahwa sejauh ini, tidak ada ancaman bagi masyarakat karena tidak ada susu yang terkontaminasi yang masuk ke pasaran.

Saat ini, para ilmuwan kini mengurutkan genom virus untuk mencari tahu dari mana asalnya dan bagaimana virus itu menular ke sapi.

Pada bulan yang sama, beberapa kambing di negara bagian Minnesota juga dinyatakan positif mengidap H5N1, sehingga menjadi hewan ruminansia domestik pertama di AS yang terjangkit flu burung.

Baca juga: Flu Burung Sebabkan 17.000 Anak Anjing Laut Mati

Dokter hewan negara bagian, Brian Hoefs, menyatakan, temuan ini menjadi penting karena meskipun migrasi musim semi jelas merupakan periode penularan dengan risiko lebih tinggi pada unggas, hal ini menyoroti kemungkinan virus menginfeksi hewan lain di peternakan.

Lebih lanjut, Hoefs menjelaskan, penelitian hingga saat ini menunjukkan bahwa mamalia tampaknya merupakan inang buntu, yang berarti mereka kecil kemungkinannya untuk menyebarkan virus lebih jauh.

Sejak tahun 2022, yang menjadi awal dimulainya wabah flu burung di kalangan unggas Amerika, otoritas setempat telah mencatat lebih dari 200 kasus flu burung pada mamalia, seperti rubah, musang, posum, sigung, anjing laut, macan tutul, beruang, singa gunung, dan kucing hutan. Kini, sapi dan kambing pun masuk dalam daftar tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com