Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Beethoven Bisa Mencipta Musik meski Tuli?

Kompas.com - 18/05/2023, 08:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beethoven dikenal sebagai salah satu komposer dunia dengan karya-karyanya yang mengagumkan.

Namun di saat yang sama ia mencipta karyanya, ada satu hal yang coba disembunyikan oleh Beethoven dengan putus asa: Ia menjadi tuli.

Baca juga: Mengapa Manusia Mendengarkan Musik?

Pengakuan Beethoven

Mengutip DW, Selasa (16/5/2023) Beethoven mulai menjadi tuli di usia akhir dua puluhan. Dia tidak bisa mendengar apapun pada usia 48 tahun, yang membuatnya berjuang untuk memahami kata-kata yang diucapkan kepadanya.

Rasa frustasinya itu ia ungkapkan dalam surat tahun 1801 kepada temannya Franz Wegeler.

"Saya harus mengakui bahwa saya menjalani kehidupan yang menyedihkan. Selama hampir dua tahun saya berhenti menghadiri acara sosial apa pun, hanya karena saya merasa tidak mungkin mengatakan kepada orang-orang: Saya tuli," tulis Beethoven seperti dikutip dari Biography .

"Jika saya memiliki profesi lain, saya mungkin dapat mengatasi kelemahan saya, tetapi dalam profesi saya itu adalah cacat yang mengerikan," sambungnya dalam catatan tersebut.

Baca juga: Bagaimana Seniman Seperti Kafka dan Beethoven Menuangkan Kisahnya dalam Karya Seni?

Mencipta musik meski tuli

Hal yang menarik adalah bagaimana Beethoven tetap bisa mencipta musik meski tuli?

Theodore Albrecht, profesor musikologi di Kent State University, Ohio memiliki penjelasan soal itu.

Ia telah menemukan bukti yang membuatnya berkesimpulan meski Beethoven menderita penurunan pendengaran yang parah, ia tidak kehilangannya seperti yang diasumsikan oleh ahli musik.

Menurutnya, komposer tersebut masih memiliki pendengaran di telinga kirinya sampai beberapa saat sebelum kematiannya pada tahun 1827.

"Beethoven tidak sepenuhnya tuli pada pemutaran perdana Simfoni Kesembilannya pada Mei 1824, dia dapat mendengar, meskipun semakin samar," kata Albrecht melansir Guardian.

Bukti catatan di tahun 1823 menceritakan ia didekati oleh orang asing yang mencari tahu soal gangguan pendengarannya.

Beethoven kemudian memberikan nasihat, untuk mengatasinya mandi dan udara pedesaan dapat memperbaiki banyak hal. Hanya saja jangan menggunakan alat mekanis terlalu dini.

Dengan tidak menggunakannya, ia menyebut telah menjaga telinga kirinya.

Baca juga: Misteri Penyakit Beethoven, Ilmuwan Ungkap Penyebab Kematiannya

Albrecht sendiri menyebut telah menemukan 23 referensi langsung tentang subjek dengar pendapat itu dan memperkirakan masih ada yang lainnya, menunjukkan Beethoven masih bisa mendengar sesuatu.

Memanfaatkan ingatan dan imajinasi

Beberapa ahli musik sebelumnya berpendapat pula ketika pendengaran Beethoven memburuk ia menyukai nada-nada rendah dan menengah dalam komposisinya.

Ia mulai menggunakan nada tinggi lagi hanya setelah ia benar-benar tuli, memanfaatkan ingatan dan imajinasi.

Tapi melihat rentang nada yang digunakan dalam simfoni lengkap terakhir, Albrecht nampaknya menolak teori tersebut.

Menurutnya yang Beethoven masih menggunakan semua nada dalam komposisi terakhirnya itu.

Pada tahun 1827, Beethoven meninggal dunia di usia 56 tahun. Hasil otopsinya menunjukkan bahwa ia menderita sirosis hati dan memiliki infeksi virus hepatitis B.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Current Biology, virus itu kemungkinan menyerang Beethoven beberapa bulan sebelum kematiannya.

Studi ini berhasil mengungkap kondisi penyakit penyebab kematian Beethoven tetapi sayangnya tidak menemukan penjelasan soal gangguan pendengarannya.

Baca juga: Apakah Musik Klasik Membuat Bayi Lebih Pintar? Sains Menjawabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com