Varma mencatat, mereka yang sudah menerima salah satu dari dua vaksin cacar yang tersedia, terbukti mampu melawan cacar monyet.
Vaksin tersebut ialah ACAM2000 yang merupakan vaksin cacar asli dan JYNNEOS, vaksin yang lebih baru.
Vaksin ini diperkirakan sekitar 85 persen efektif dalam pencegahan cacar monyet, meski penelitiannya masih terbatas.
“Para peneliti sedang melakukan penelitian sekarang pada pasien selama wabah ini untuk memberikan perkiraan yang lebih akurat tentang seberapa protektif vaksin dalam kehidupan nyata,” tutur Varma.
Sementara ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) hanya merekomendasikan vaksinasi untuk orang yang telah terkena cacar monyet dalam 4 hingga 14 hari terakhir, dan pekerja laboratorium, yang secara langsung menangani virus orthopox.
Baca juga: Spanyol dan Brasil Laporkan Kematian Pertama akibat Penyakit Cacar Monyet
Lebih lanjut, Varma menyatakan, kebanyakan pasien merasakan sakit dan ketidaknyamanan yang luar biasa selama beberapa pekan di tubuh akibat cacar monyet. Dalam beberapa situasi, rasa sakitnya bisa sangat parah, sehingga memerlukan rawat inap.
Selain itu, ruam dapat meninggalkan bekas luka permanen pada kulit atau terinfeksi bakteri, dan/atau penyakit tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada otak, mata, hingga paru-paru.
Disebutkan pula, orang dengan cacar monyet masih berisiko menularkan sampai ruamnya benar-benar hilang.
“Artinya, lepuh telah berubah menjadi keropeng, keropeng telah terbentuk dan rontok, dan kulit baru sekarang menutupi area lepuh dan keropeng sebelumnya,” pungkas Varma.
Baca juga: Beda dengan Covid-19, Menkes Budi Sebut Cacar Monyet Baru Bisa Menular Setelah Gejala Muncul
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.