Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Ungkap Surya Satellite-1 Siap Diluncurkan dari Jepang pada Oktober 2022

Kompas.com - 13/07/2022, 12:01 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

SS-1 perlu melalui prosedur instalasi satelit di JSSOD (JEM Small Satellite Orbital Deployer), yang merupakan modul peluncur yang akan digunakan Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk proses pelepasan satelit ke orbitnya.

“Hingga waktu peluncuran tiba, satelit harus dipastikan tersimpan dalam kondisi bersih, tidak menyala, dan tersimpan di clean room agar tetap dapat berfungsi dengan baik,” jelas Hery.

Sebelumnya, tim SS-1 melakukan satellite fit check test di Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN.

Pengujian ini dilakukan guna memastikan ukuran satelit, agar sesuai dengan ukuran JSSOD. Pengujian tersebut juga digunakan untuk memastikan tidak ada interferensi mekanik.

Baca juga: Konstelasi Satelit Indonesia

Selain itu, sharp-edge test sudah dilakukan untuk memastikan tidak ada sisi luar satelit yang tajam dan berpotensi melukai astronaut.

Dikatakan pula SS-1 telah lolos dalam berbagai pengujian seperti functional test, vacuum test, thermal test, vibration test, battery test, maupun payload and communication test.

Jepang ini memiliki persyaratan yang bisa dibilang lebih rumit dibandingkan negara-negara peluncur lainnya,” terang Hery.

Lebih lanjut, Hery berkata, Surya Satellite-1 termasuk jenis satelit nano atau cubesat. Secara sederhana satelit itu adalah satelit yang beratnya kurang dari 10 kilogram.

Menurutnya, masih banyak kriteria lain yang harus dipenuhi, agar satelit masuk dalam jenis satelit ini.

Setelah diluncurkan, SS-1 diperkirakan akan melintasi wilayah Indonesia sebanyak 4 hingga 5 kali sehari, serta mengorbit pada ketinggian 400 sampai 420 km di atas permukaan Bumi dengan inklinasi 51,7 derajat.

“Misi SS-1 ialah Automatic Packet Reporting System yang berfungsi sebagai media komunikasi via satelit dalam bentuk teks singkat. Teknologi ini dapat dikembangkan untuk mitigasi bencana, pemantauan jarak jauh, serta komunikasi darurat," tuturnya.

Baca juga: Indonesia Butuh 9 Satelit untuk Deteksi Dini Bencana, Begini Penjelasan BMKG

Dukungan pengembangan satelit dalam negeri

Heru memastikan BRIN hadir sebagai fasilitator untuk mendukung perkembangan riset di Indonesia.

Kedeputian Fasilitasi Riset dan Inovasi juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berbagai pihak melalui berbagai skema pendanaan yang disediakan.

“Ke depan tidak hanya mengandalkan BRIN, tetapi juga saling mendukung dengan berbagai komunitas di Indonesia. Sehingga Indonesia tidak hanya menjadi negara pengguna, tetapi juga sebagai penyedia,” paparnya.

Di sisi lain, Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN, Wahyudi Hasbi berharap pengembangan Surya Satellite-1 dapat memberikan motivasi bagi pengembangan satelit di perguruan tinggi Indonesia.

Sekaligus menunjukkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia dalam pengembangan teknologi luar angkasa.

“Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN dengan kemampuan, pengalaman, dan fasilitas pengembangan riset satelit selama lebih dari 15 tahun, akan selalu mendukung dan menjadi enabler program pengembangan satelit di Indonesia baik yang dikembangkan perguruan tinggi, start-up maupun kalangan swasta,” katanya.

Baca juga: Peluncuran Satelit NASA untuk Pantau Siklon Tropis Alami Kegagalan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com