Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Sebut Kebakaran Hutan di Chernobyl Berpotensi Sebabkan Radiasi Berbahaya

Kompas.com - 25/03/2022, 11:01 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Express

KOMPAS.com - Ledakan reaktor di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl di Ukraina pada 26 April 1986 lalu, masih menyisakan bahan radioaktif di sekitarnya.

Hingga kini, pepohonan dan tanah termasuk hutan dalam zona eksklusi Chernobyl seluas 1.609 km persegi pun dilaporkan masih terpapar sejak peristiwa itu terjadi.

Dijelaskan ilmuwan ekosistem hutan dari University of Vermont Dr William Keeton, apabila kebakaran hebat terjadi di wilayah tersebut, dampaknya dapat melepaskan radiasi yang berpotensi berbahaya.

Bahkan, Keeton menyebut radiasi nuklir tersebut bisa membawa "bencana" ke atmosfer Bumi.

Baca juga: Apa yang Akan Terjadi jika Bom Nuklir Diledakkan? Ini Penjelasannya

Berdasarkan studi yang dipublikasikan di jurnal Ecological Monographs, hutan di sekitar Chernobyl adalah jenis pohon jarum, salah satunya pohon pinus Skotlandia yang menjadikannya sangat rentan terbakar.

Para ahli menduga selain karena ledakan di Chernobyl, paparan radiasi juga disebarkan oleh serangga dan mikroorganisme perusak. Keduanya berperan dalam memperlambat dekomposisi vegetasi mati, yang dapat memicu kebakaran.

Artinya, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kebakaran di hutan Chernobyl di mana dampaknya dinilai bisa membahayakan masyarakat sekitar.

Sebelumnya, kebakaran hutan pernah terjadi di Ukraina pada tahun 2002, 2008, 2010 dan 2020 yang menyebabkan wabah di daerah itu.

Seorang ahli kimia di Norwegian Institute for Air Research, Dr Nikolaos Evangeliou dan timnya pun pernah melakukan penelitian pada 2015 lalu, mengenai tiga kebakaran hutan yang terjadi di Ukraina.

Analisis mereka menggabungkan citra satelit dari kobaran api dan pengukuran deposisi isotop radioaktif dengan model kebakaran, serta pergerakan udara yang dihasilkannya.

Asap radioaktif cesium dari kebakaran itu tercatat mencapai beberapa wilayah, terutama di Eropa timur, Turki, Italia hingga Skandinavia.

Penduduk ibukota Ukraina, Kyiv, yang berjarak sekitar 96 km di selatan Chernobyl diperkirakan akan terpapar setidaknya 10 microsieverts (mSv) dosis radiasi. Jumlah ini merupakan satu persen dari paparan radiasi maksimum per tahunnya yang direkomendasikan.

Lantaran elemen radioaktif dapat bertahan lama, dan terakumulasi di dalam tubuh maka sejumlah ahli meyakini seberapa pun besar dosis radiasinya tetap membahayakan.

Baca juga: Mengenal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl, yang Direbut Pasukan Rusia

 

Ancaman kebakaran hutan di Chernobyl, menurut Profesor Tim Mousseau dari University of South Carolina adalah penanda sejauh mana radiasi nuklir dapat mengontaminasi wilayah lain.

Prof Mousseau mengatakan, jika ada kebakaran yang lebih besar, bukan tidak mungkin bisa berdampak pada wilayah padat penduduk.

"Tidak seperti kebakaran saat ini yang bisa membakar tanpa terkendali, kebakaran pada tahun 2010 dan 2020 bisa padam, tepat sebelum mencapai atau membakar hutan di Chernobyl lebih luas," ujar Keeton dilansir dari Express, Rabu (23/3/2022).

Beberapa pakar pun menilai, zat radioaktif tidak berkurang oleh erosi maupun menghilangkan vegetasi seperti yang umumnya terjadi di ekosistem lain.

Baca juga: Bahaya Radiasi Nuklir dan Efeknya bagi Tubuh Manusia

Sebaliknya, pohon-pohon yang tumbuh di hutan yang ditinggalkan di Chernobyl terapar ion radioaktif kemudian menyebabkan daunnya jatuh dan bersatu dengan tanah.

Sementara itu, aktivitas radiasi di Chernobyl yang saat ini dikuasai pasukan Rusia menunjukkan adanya peningkatan.

Seperti dilansir dari Science Alert, Sabtu (26/2/2022) data sistem pemantauan radiasi zona eksklusi Chernobyl memperlihatkan adanya peningkatan radiasi gamma hingga 20 kali lipat dari biasanya.

Pejabat dari badan Nuklir Ukrainaa menyebut, aktivitas radiasi di Chernobyl meningkat disebabkan karena debu radioaktif yang terlempar usai pasukan Rusia menginvasi negaranya menggunakan peralatan militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com