Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Sebut Berburu Bantu Manusia Jadi Pelari Jarak Jauh

Kompas.com - 25/05/2024, 11:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan dalam studi barunya menemukan bukti bahwa perburuan mungkin telah membantu manusia berevolusi menjadi pelari jarak jauh.

Antropolog menyebut mereka menemukan literatur yang berasal dari awal tahun 1500-an yang menyatakan bahwa lari jarak jauh dipandang sebagai cara yang efisien untuk menangkap hewan seperti rusa kutub, kijang, dan bison.

Baca juga: Peneliti Ungkap Lokasi Homo erectus Berburu dan Menyembelih Gajah

Temuan yang dipublikasikan di jurnal Nature Human Behavior ini pun menantang pandangan bahwa perburuan berkepanjangan dengan berlari akan berdampak buruk pada tubuh manusia.

Mengutip Independent, Rabu (15/5/2024) dalam studinya ini peneliti melakukan pengamatan yang terdokumentasi dari 272 lokasi di seluruh dunia yang terdiri hampir 400 kasus untuk melihat potensi peran berburu yang memanfaatkan ketahanan lari.

Itu mencakup laporan langsung dari berbagai kelompok nomaden seperti suku Evenki di Siberia, suku Innu di Kanada, suku Apache di AS, suku Mbuti di Republik Demokratik Kongo, suku Pitjantjatjara di Australia, suku Innuit di Alaska, dan banyak lagi.

Analisis menunjukkan upaya menjaga daya tahan tubuh saat lari merupakan strategi yang umum digunakan, terutama ketika bersaing dengan predator lain.

"Kami mampu menunjukkan bahwa lari, atau kombinasi lari dan jalan kaki, bisa menjadi hal yang efisien dan itu merupakan praktik global yang dilakukan untuk menangkap buruan sebelum era modern," kata Eugene Morin, profesor di departemen antroplogi Trent University Kanada.

"Daya tahan dalam waktu yang lama akan memberikan hominin keuntungan evolusioner sambil bersaing dengan karnivora untuk mendapatkan hewan buruan," paparnya lagi.

Dan perburuan dengan cara seperti ini dilakukan di berbagai bahkan hingga habitat yang tertutup salju.

Baca juga: Kenapa Jarak Lari Maraton 42 Km?

“Kami terkesan dengan bukti yang kami temukan mengenai lingkungan tersebut, dan juga dengan banyaknya kejadian di mana aktivitas ini terjadi di hutan dan habitat yang tertutup salju di luar daerah tropis," ungkap Morin.

Temuan tersebut pun menunjukkan kondisi salju atau musim dingin yang keras tidak akan menghalangi nenek moyang manusia untuk berburu dalam jarak jauh.

Selain itu juga menunjukkan metode tersebut sama efisiennya dengan cara lain untuk menangkap mangsa seperti menjerat atau menyergap.

Lebih lanjut, peneliti menyebut temuan baru ini mendukung teori yang dikenal sebagai hipotesis ketahanan lari.

Teori itu mengusulkan manusia berevolusi berlari jarak jauh untuk berburu mangsa sekitar dua juta tahun lalu. Manusia akan mengejar mangsanya sampai buruannya itu menjadi terlalu lelah atau kepanasan untuk berlari lebih jauh.

"Tidak seperti mamalia lain, manusia dapat berkeringat banyak dan otot-otot anggota tubuh bagian bawah berevolusi untuk menghasilkan stamina, bukan kekuatan," tambah Morin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com