Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kasus Model Novi Amelia, Ini 7 Orang Rentan Melakukan Bunuh Diri

Kompas.com - 19/02/2022, 12:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Pihak kepolisian saat ini masih mendalami motif, model Novi Amelia melakukan tindakan bunuh diri pada Rabu (16/2/2022).

Model Novi Amelia ini diketahui memiliki nama asli Linda Astuti berasal dari Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Ia ditemukan tewas bunuh diri dengan melompat dari lantai delapan Tower Raflesia di komplek apartemen Kalibata City pada Rabu pagi sekitar pukul 05.00 WIB.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Ridwan Soplanit menjelaskan, sebelum insiden itu terjadi, seorang sekuriti apartemen yang sedang patroli melihat Novi duduk di tembok luar kamar apartemen. 

"Dia duduk di tembok samping jendela lantai 8 apartemen. Sekuriti sempat teriak dari bawah," ujar Ridwan saat dikonfirmasi, Rabu. 

Teriakan sekuriti itu diduga tak didengar Novi. Novi Amelia bunuh diri dengan menjatuhkan diri hingga tubuhnya terbentur bibir tembok dan mobil yang terparkir. 

Melihat dari situasi yang terjadi, dugaan sementara Novi Amelia memiliki permasalahan individu yang membuatnya mengakhiri kehidupan dengan bunuh diri, sebab pada jenazah yang ditemukan tidak ada bekas kekerasan atau penganiayaan.

Baca juga: Agar Tak Ada Novi Amelia Lagi, Kenali Penyebab dan Ciri Seseorang Ingin Bunuh Diri

Orang rentan melakukan bunuh diri

Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, Dr Indria Laksmi Gamayanti, MSi.,Psikolog mengatakan, bunuh diri bisa terjadi di mana saja dan oleh siapapun. Akan tetapi, memang ada kecenderungan orang-orang yang sangat berisiko atau rentan melakukan bunuh diri.

"Individu yang mengalami masalah psikologi berat atau gangguan jiwa, jelas sangat berisiko melakukan bunuh diri," kata Indria dalam pemberitaan Kompas.com edisi 22 September 2021.

Seseorang yang memiliki masalah psikologi berat atau gangguan jiwa akan dengan mudah mengalami depresi.

Depresi itu pun bisa berasal dari berbagai kondisi yang mengguncangkan jiwa mereka, dan orang tersebut umumnya cenderung sering mengalami beberapa hal berikut dalam hidupnya.

1. Ada predisposisi kerentanan

Orang pertama yang berisiko melakukan bunuh diri adalah mereka yang memiliki predisposisi kerentanan.

Prediposisi kerentanan yang dimaksudkan adalah kondisi tubuh yang rawan atau mudah terjangkit penyakit, dalam kasus ini adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak sesuatu berdasarkan pengalaman dan norma yang dimilikinya tentang bunuh diri.

Novi Amelia bunuh diri dengan menjatuhkan tubuhnya dari lantai 8 sebuah apartemen Kalibata City.

Baca juga: Kasus Bunuh Diri Mahasiswi NWR, Ahli Tegaskan Pemaksaan Aborsi Termasuk Kekerasan Seksual

Ilustrasi kesehatan mentalShutterstock Ilustrasi kesehatan mental

Orang-orang dengan kerentanan predisposisi ini cenderung melihat bunuh diri menjadi suatu hal yang ringan atau sangat mudah untuk dilakukan.

Terlebih hanya dengan melihat, membaca atau menonton perilaku bunuh diri tersebut yang seolah merupakan hal yang biasa saja untuk dilakukan.

2. Deprivasi maternal

Indria melanjutkan, orang-orang berikutnya yang memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri adalah mereka yang memiliki masalah hubungan awal yang tidak harmonis atau deprivasi maternal.

Deprivasi maternal adalah suatu efek yang disebabkan karena terpisahnya anak dari sosok ibunya sejak bayi atau kecil.

"Anak yang mengalami deprivasi maternal ini karena kurangnya kasih sayang dari ibunya," kata dia.

Akan tetapi, bukan berarti setiap anak yang terpaksa berpisah dengan ibu kandungnya sejak bayi akan melakukan tindakan bunuh diri tersebut.

Sebab, bahkan seorang anak yang masih bersama dengan orang tuanya terutama ibunya, juga bisa mengalami deprivasi maternal jika tidak diberikan perhatian yang baik dalam pengasuhannya.

Baca juga: Depresi Bisa Memicu Bunuh Diri, Waspadai Gejalanya

3. Pernah mengalami trauma

Orang-orang yang berisiko melakukan tindakan bunuh diri berikutnya adalah mereka yang pernah mengalami suatu persoalan dan akhirnya memiliki trauma.

Indria menjelaskan, trauma yang dimiliki oleh seseorang bisa berasal dari berbagai persoalan dalam hidupnya.

"Kekerasan, bullying, trauma atau diskriminasi juga bisa membuat orang yang mengalami rentan terhadap gangguan jiwa, dan berisiko melakukan bunuh diri," ujarnya.

4. Mengalami tekanan hidup berat

Seperti yang disampaikan di atas, individu yang mengalami masalah psikologis berat atau gangguan jiwa, erat dengan depresi dan tindakan bunuh diri.

Pada umumnya psikologis berat itu terjadi akibat tekanan hidup berat yang seseorang jalani. Tekanan hidup untuk kategori berat dalam kehidupan setiap individu pasti berbeda-beda, tidak sama satu dan lainnya.

"Seseorang yang mengalami krisis berarti berada dalam kondisi stres yang sangat tinggi, situasi berisiko tinggi untuk bunuh diri, tidak dapat fokus atau berpikir terlalu jauh," jelasnya.

Baca juga: Video Viral Siswi SMA Mencoba Bunuh Diri karena Video Asusila Tersebar, Apa Dampaknya bagi Korban?

Ilustrasi kesehatan mentalShutterstock Ilustrasi kesehatan mental

5. Minim dukungan sosial

Untuk seseorang yang sedang kesepian, merasa lelah sendiri, tidak memiliki kasih sayang yang cukup dari orang tua, maka sangat membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitarnya yang lain.

Seperti anggota keluarganya laiknya kakak atau adiknya, saudaranya, teman, sahabat ataupun pasangannya.

Jika, lingkungan sosialnya saja tidak memberikan dukungan yang baik terhadap kondisi gangguan jiwa yang dialaminya, maka orang ini sangat berisiko melakukan tindakan bunuh diri.

6. Adanya anggota keluarga bunuh diri

Peneliti Kesehatan Mental dalam Pencegahan Bunuh Diri, sekaligus pendiri Emotional Health for All, Dr Sandersan Onie mengatakan, data menunjukkan bahwa jika seseorang terekspos ke kasus bunuh diri, apalagi yang dekat dengan mereka, resiko mereka juga akan bunuh diri juga meningkat.

"Upaya bunuh diri dapat menular, khususnya mereka yang berada di sekitar individu yang bunuh diri," kata Sandersan.

Hal itu dikarenakan, cerita tentang bunuh diri yang seolah ringan dihadapi orang individu yang bunuh diri, akan membuat mereka yang berada di sekitarnya merasa tindakan tersebut wajar-wajar saja.

Baca juga: Begini 5 Cara Menolong Orang yang Ingin Bunuh Diri

Dengan kata lain, bunuh diri dianggap dan bisa membentuk pola pikir bahwa tindakan itu bisa menjadi solusi dari permasalahan yang sedang dia hadapi.

7. Mudah mendapatkan alat bunuh diri 

Indria berkata, berbagai kondisi pendorong terjadinya gangguan jiwa hingga depresi yang dialami oleh seseorang akan lebih rentan lagi jika ia memiliki kemudahan untuk mendapatkan alat bunuh diri.

Misalnya pil, tali, pisau, racun, bricket dan lain sebagainya.

Dengan mendapatkan alat-alat bunuh diri secara mudah, kata Indria, akan memunculkan keyakinan yang kuat dalam ide mereka untuk bunuh diri, karena sedang dalam pikiran yang tidak jernih.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak situs web Into the Light Indonesia: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/.

Baca juga: Jangan Abaikan, Ketahui 7 Orang yang Rentan Melakukan Bunuh Diri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com