Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Konservasi Hoya di Indonesia, Salah Satu Tanaman Hias Termahal di Dunia

Kompas.com - 05/10/2021, 20:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hoya menjadi salah satu dari enam tanaman termahal di dunia. Peneliti LIPI Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, ada potensi konservasi tanaman Hoya di Indonesia.

Seperti pemberitaan Kompas.com melansir dari The Spruce, Minggu (29/9/2021), salah satu jenisnya adalah Hoya carnosa compacta 'Hindu Rope' menjadi tanaman hias termahal yang pernah dijual di Trade Me pada Juni 2020.

Harganya pun cukup fantastis, karena dijual seharga Rp 92 jutaan.

Baca juga: 5 Manfaat Tanaman Hias bagi Manusia Menurut Sains

Jenis Hoya yang satu ini terbilang mahal, karena memiliki warna krem atau kuning pada bagian dalam daun dan bentuk yang unik.

Apa itu tanaman Hoya? 

Hoya adalah tumbuhan epifit yang keberadaannya di alam sangat bergantung terhadap keberadaan pohon yang ditumpangi.

Biasanya, Hoya tumbuh merambah dan membelit, tingginya bisa mencapai tiga meter, dengan bunga berbentuk pola bintang dan tertutupi oleh bulu-bulu yang halus.

Satu kuntum bunga Hoya bisa berukuran 1,5 cm dan tumbuh membentuk kelompok. Dalam satu kelompok biasanya ada sekittar 30 kuntum bunga dan memiliki aroma yang harum. Tetapi, berbeda spesies Hoya, akan berbeda pula aroma wanginya.

Kadang kala, bunga ini disebut dengan bunga porselen atau tanaman lilin, karena bunga Hoya tampak mirip seperti bunga buatan atau replika yang kerap jadi pajangan di rumah-rumah.

Dahulu, Hoya telah dirawat sebagai tanaman hias eksotis di taman puri bangsawan Eropa pada beberapa abad yang lalu.

Kemudian, sejak tahun 1970-an, tanaman berbunga unik dan indah ini mulai populer di kalangan masyarakat Eropa dan Amerika Serikat.

Meskipun ia populer di Eropa dan Amerika Serikat, ternyata tanaman hias ini berasal dari daerah Asia Tenggara dan sekitarnya.

Keanekaragaman jenis tertinggi tanaman ini diperkirakan memang terdapat di kawasan Malesia, terutama di Indonesia. 

Indonesia merupakan pusat keanekaragaman tanaman hias Hoya di dunia dengan lebih dari 25 persen populasi di dunia.

Diperkirakan sampai tahun 2006, Indonesia memiliki sekitar 50-69 jenis Hoya, serta paling banyak tersebar di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

Jumlah ini jelas lebih banyak dibandingkan dengan negara lain seperti; Papua Nugini (51 jenis), Semenanjung Malaysia (25 jenis), Thailand (32 jenis), India (39 jenis), dan Filipina (21 jenis).

Baca juga: 6 Fakta Tanaman Hias Janda Bolong, Berasal dari Amerika dan Bisa Berbunga

Potensi konservasi Hoya di Indonesia

Peneliti Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI/BRIN, Profesor Riset Sri Rahayu mengatakan, selain bentuk bunganya yang unik, Hoya juga memiliki keunggulan lainnya yang menarik penjual serta pembeli.

Keunggulan Hoya, yaitu berkemampuan tinggi dalam menyerap polutan pada suatu ruangan.

Tidak hanya itu, beberapa spesies Hoya sudah sejak lama telah dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional.

Baca juga: Jenis Tanaman Hias yang Perlu Anda Ketahui

Sehingga, kata Rahayu, Hoya memiliki nilai penting dalam keanekaragaman hayati di Indonesia meliputi nilai ilmiah, ekologis, ekonomis dan budaya.

Dengan begitu, Hoya memiliki popularitas sebagai tanaman hias dengan nilai jual yang tinggi.

Berkaitan dengan potensi dan keunggulan tanaman yang satu ini, Rahayu menegaskan bahwa Indonesia bisa mengambil tindakan untuk melakukan konservasi biodiversitas dan pemanfaatan keberlanjutan Hoya di tanah air.

Dalam pemaparannya, Rahayu dengan yakin mengatakan, bahwa upaya konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan Hoya di Indonesia bisa dilakukan dengan konsep "Save, Study, Use".

Dengan konsep ini, hakikatnya konservasi tanaman Hoya di Indonesia dapat terjadi dengan melakukan penyelamatan, penelitian, dan pemanfaatan berkelanjutan.

Konsep ini cocok diterapkan pada kebun raya di Indonesia yang memiliki lima fungsi melekat, yaitu konservasi ex situ, penelitian, pendidikan lingkungan, ekowisata, serta layanan ekosistem.

"Dibutuhkan kearifan lokal yang dipadukan dengan kemajuan teknologi informasi, serta kecerdasan buatan untuk membantu kepentingan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan Hoya di tanah air," kata Rahayu dalam orasi ilmiah profesor riset, Jumat (1/10/2021).

Meskipun, tentunya hal ini pasti tak luput dari tantangannya sendiri.

Baca juga: Tanaman Aglonema Merah Satu-satunya di Dunia Ada di Hutan Sumatera

Tantangan konservasi dan pemanfaatan keberlanjutan Hoya

Rahayu dalam penelitiannya menemukan, bahwa keberadaan populasi tumbuhan tropis ini di alam ternyata semakin terancam, dengan semakin berkurangnya habitat.

Belum lagi seperti yang disampaikan sebelumnya, bahwa Hoya merupakan tanaman hias yang tergolong mahal di dunia. Hal ini membuat jual-beli tanaman Hoya cukup tinggi.

Hal ini terjadi karena, pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai aturan perdagangan tumbuhan hidup, baik untuk pasar di dalam maupun di luar negeri, juga sangat minim. 

Sehingga, terjadi penjualan yang tidak sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

"Hal ini dapat menyebabkan keuntungan ekonomi tertinggi diperoleh pihak luar negeri yang melakukan sistem budidaya dan inovasi produk yang lebih baik," ujarnya.

Sementara itu, menurut Rahayu, perkembangan iptek terkait pemanfaatan berkelanjutan Hoya belum dapat didesiminasikan dengan baik.

"Oleh karena itu, perlu dirumuskan suatu strategi konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan Hoya Indonesia," tuturnya.

Baca juga: Kenapa Harga Tanaman Porang Mahal? Ini 6 Alasannya Menurut Pakar IPB

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com