KOMPAS.com - Bagi beberapa orang, penerbangan jarak jauh yang memakan waktu lama akan berdampak pada tubuh.
Penerbangan jarak jauh bisa sangat tidak nyaman, tapi bukan hanya karena nyeri tubuh. Tekanan sinus, dehidrasi, dan masalah pencernaan adalah beberapa masalah yang bisa Anda alami.
Baca juga: Mengenal Critical Eleven, Dua Waktu Kritis dalam Penerbangan Pesawat
Ada alasan mengapa saat turun dari penerbangan panjang, Anda tidak merasa 100 persen. Selain rasa grogi dan jet lag, menghabiskan waktu berjam-jam di kabin kecil pada ketinggian 35.000 kaki, tanpa banyak ruang, dapat berdampak buruk pada tubuh dalam banyak hal.
Duduk selama delapan jam atau lebih dapat menimbulkan dampak buruk yang serius pada kesehatan, seperti kesehatan jantung dan pernafasan, serta otot dan persendian, menurut Medical News Today.
“Terbang dalam jarak jauh dapat memengaruhi pernapasan, menyebabkan sesak napas dan terkadang rasa tidak nyaman di dada. Orang yang paling berisiko terkena masalah jantung di pesawat adalah mereka yang sudah menderita penyakit kardiovaskular,” kata Jenkins, penasihat Deep Heat, Deep Freeze, dan Deep Relief.
Jika Anda mempunyai masalah jantung, selalu tanyakan kepada dokter apakah Anda boleh terbang (dan bawalah obat apa pun yang diperlukan).
Trombosis vena dalam (DVT) dan pembekuan darah juga merupakan risiko khusus bagi mereka yang tidak memiliki penyakit jantung karena alasan yang sama.
Baca juga: Alasan di Balik Aturan Mematikan Ponsel Selama Penerbangan
“Penggumpalan darah bisa terjadi hingga satu bulan setelah penerbangan, jadi waspadai gejala seperti kaki bengkak atau nyeri, terutama betis, dan kesulitan bernapas (penggumpalan darah juga bisa terjadi di paru-paru),” kata Jenkins.
Untuk mengurangi risiko, tetaplah terhidrasi dengan baik dan jangan minum alkohol selama penerbangan, serta lakukan peregangan dan bergerak sebanyak mungkin.
Perubahan kelembapan dapat menyebabkan gangguan pada perut. Kabin pesawat memiliki tingkat kelembapan yang rendah, yang dapat mengakibatkan dehidrasi dan masalah pencernaan, seperti sembelit dan rasa tidak nyaman, dikutip dari National Geographic.
Duduk terlalu lama selama penerbangan panjang dapat mengakibatkan pencernaan menjadi lamban dan sembelit.
Gangguan pada ritme sirkadian (jam tubuh) karena melintasi beberapa zona waktu juga dapat memengaruhi sistem pencernaan, yang mengakibatkan buang air besar tidak teratur dan perubahan nafsu makan.
Saat tubuh mencoba menyesuaikan diri dengan zona waktu yang berbeda, jet lag juga dapat mendatangkan malapetaka.
Perubahan pola tidur yang disebabkan oleh perbedaan zona waktu dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur sehingga dapat berdampak pada fungsi kognitif dan suasana hati.
Baca juga: Mengapa Gerombolan Burung Kecil Bahayakan Penerbangan?
Tingkat kelembapan yang rendah juga dapat mengakibatkan sakit kepala, pusing, dan gangguan kognitif. Hal-hal ini biasanya bersifat sementara dan dapat dipulihkan.
Area-area ini bisa menjadi sangat kering pada penerbangan jarak jauh karena perubahan tekanan kabin, ketinggian, dan kualitas udara. Sirkulasi udara di dalam pesawat sangat kering, dan dehidrasi akibat kurang minum dapat memperburuk kondisi mata, hidung dan mulut, serta kulit.
Kelembapan yang rendah juga dapat mengakibatkan kulit terasa kering dan kencang yang mengakibatkan kulit mengelupas dan memperburuk kondisi kulit seperti eksim atau psoriasis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.