Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Tua Harus Tahu Gejala dan Strategi Bantu Anak Menghadapi Stress

Kompas.com - 17/07/2021, 19:33 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sangat berdampak pada kesehatan psikologis setiap orang, dan menimbulkan reaksi stres. Stres itu juga dialami oleh kelompok usia anak-anak, dan orang tua juga harus mengetahui gejala dan strategi untuk bantu anak menghadapinya.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Psikiatri Anak dan Remaja RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, dr Anggia Hapsari Sp.KJ(K) mengatakan, banyak persoalan yang bisa membuat kita termasuk anak-anak mengalami stres.

Salah satu penyebab anak stres adalah dengan adanya perubahan pola pembelajaran yang biasanya tatap muka langsung di sekolah bersama dengan guru dan teman-teman, sekarang hampir satu tahun harus melakukan pembelajaran jarak jauh dan secara daring (online).

"Pembelajaran jarak jauh menjadi masalah pada masa pandemi Covid-19, yang bisa membuat anak-anak merasa stres. Di samping dengan permasalahan lainnya tentunya," kata Anggia dalam diskusi daring bertajuk Kesehatan Mental Anak dan Remaja di masa Pandemi, Selasa (29/6/2021).

Baca juga: Anak Stres Belajar Daring? Ini Saran Psikolog untuk Mencegahnya

 

Tidak hanya pembelajaran jarak jauh, ada beberapa masalah pada pandemi Covid-19 yang bisa membuat stres pada anak. Orang tua harus tahu apa saja gejala stres pada anak, seperti berikut:

  • Ketidakpastian (kondisi, keadaan, keuangan, kesehatan dan lain sebagainya)
  • Tidak berdaya 
  • Penarikan sosial (harus menjaga jarak dan kerumunan dengan orang lain)
  • Kesepian
  • Karantina
  • Cemas kesehatan diri dan keluarga
  • Rutinitas yang berubah dan cenderung jadi sering di ruma saja
  • Perubahan pola asuh pada anak
  • Insekuritas sosial ekonomi
  • Kekerasan dalam rumah tangga

Adapun, akibat pandemi Covid-19 ini dikhawatirkan akan ada gelombang pandemi yang mempengaruhi kesehatan mental anak. Oleh sebab itu, para orang tua harus tahu dan memahami gejala dan strategi yang bisa dilakukan untuk membantu anak menghadapi stres.

"Krisis kesehatan mental anak-anak bisa menjadi gelombang berikutnya di masa pandemi (Covid-19) ini," ujar Anggia menjelaskan alasan orang tua harus tahu tentang gejala stres pada anak.

Baca juga: Stres Rawat Anak yang Sakit? 3 Hal Ini dapat Membantu Anda

Ilustrasi anak stres, gejala stres pada anak, tanda anak stres.SHUTTERSTOCK Ilustrasi anak stres, gejala stres pada anak, tanda anak stres.

Gejala kesehatan mental 

Berikut beberapa gejala kesehatan mental atau gejala stres pada anak-anak yang perlu diwaspadai.

  • Kesulitan tidur dan makan
  • Mimpi buruk
  • Menarik diri atau agresif
  • Keluhan fisik tanpa penyebab yang jelas
  • Ketakutan ditinggal sendiri
  • Selalu ingin berada di dekat orang tua atau sangat tergantung
  • Timbul ketakutan baru (contohnya takut kegelapan, dan lain-lain)
  • Kehilangan minat seperti permainan tertentu, bermain atau hobi
  • Sedih, menangis lebih dari biasa tanpa alasan

Jika anak-anak sudah menunjukkan beberapa gejala-gejala anak stres atau gangguan kesehatan mental di atas, maka orang tua perlu dengan bijak mengambil tindakan dalam membantu anak kembali sehat secara psikisnya.

Baca juga: Hati-hati Stres, Berikut 6 Cara agar Tetap Bahagia di Masa Pandemi

 

Strategi bantu anak hadapi stres

Berikut beberapa tips dari Anggia yang dapat orang tua terapkan untuk membantu anak menghadapi kesehatan mentalnya termasuk, stres pada anak di masa pandemi Covid-19 ini.

1. Silence

Hal pertama yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak yang mengalami stres adalah dengan silence (ketenangan) strategi.

"Ketenangan dapat meningkatkan senyawa kebahagiaan dopamin," kata dia.

Dalam strategi yang pertama ini, Anda sebagai orang tua bisa mengajari anak untuk mengerti dan mengetahui perasaan yang sedang dirasakan, tanpa menghakimi perasaan tersebut.

Ajari anak untuk latihan pernapasan agar anak bisa menenangkan dirinya saat stres.

Baca juga: Bagaimana Stres Menyebabkan Rambut Rontok? Studi Baru Bisa Jadi Petunjuk

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

2. Shift the mood

Latihan atau strategi kedua yang bisa diterapkan kepada anak, agar stres yang dialaminya berkurang adalah dengan mengatur mood anak Anda.

Mengatur suasana hati atau mood dapat meningkatkan senyawa kebahagiaan serotonin.

Saat sedih, coba ajak anak untuk mengingat yang menyenangkan. Minta anak membuat list kegiatan apa saja yang bisa membuatnya bahagia.

Buat jadwal untuk melakukan kegiatan yang seru dan menyenangkan. Tidak hanya itu, Anda juga bisa mengajak anak beraktivitas fisik di area outdoor dan terkena matahari.

3. Sharing to connect

Pada bulan Juli 2021, Indonesia mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di dunia.

Baca juga: Studi Baru Sebut Stres Memang Bisa Sebabkan Rambut Beruban

 

 

Tidak sedikit, orang-orang sekitar kita sudah ada yang tertular Covid-19 atau bahkan sampai meninggal dunia akibat infeksi penyakit yang baru muncul akhir tahun 2019 ini.

Dalam kondisi seperti ini, untuk menghilangkan atau mengurangi stres yang dialami anak-anak, orang tua bisa membantunya dengan mengajarkan anak untuk berbagi bagi orang-orang sekitar.

"Berbagi dapat meningkatkan kebahagiaan oksitosin (hormon cinta atau rasa kasih di dalam tubuh manusia)," ucap dia.

Lakukan percakapan dengan anak dengan tujuan untuk mengetahui apa yang anak rasakan, tanpa memiliki tujuan untuk menghakimi atau pun menyalahkan.

Perlu diingat, Anda sebagai orang tua harus jadilah pendengar yang benar-benar tulus ingin tahu apa yang dirasakan anak.

Baca juga: Bukan Hanya Orangtua, Bayi Juga Bisa Stres

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com