Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal Virus Corona Beredar di China Tanpa Terdeteksi dari Oktober 2019, Studi Jelaskan

Kompas.com - 29/03/2021, 09:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Alat-alat yang digunakan ini termasuk simulasi epidemi berdasarkan biologi virus yang diketahui, seperti penularannya dan faktor lainnya.

Hanya dalam 29,7 persen dari simulasi ini, virus corona mampu menciptakan epidemi yang bertahan sendiri.

Sedangkan 70,3 persen lainnya, virus menginfeksi relatif sedikit orang sebelum mati. Epidemi gagal berakhir rata-rata hanya sekitar delapan hari setelah kasus indeks.

"Biasanya, para ilmuwan menggunakan keragaman genetik virus untuk mengetahui waktu kapan virus mulai menyebar. Studi kami menambahkan lapisan penting di atas pendekatan ini dengan memodelkan berapa lama virus dapat beredar sebelum memunculkan keragaman genetik yang diamati," jelas Wertheim.

Baca juga: Ahli: Varian Baru Virus Corona Bisa Terus Muncul Selama Mobilitas Tak Terkendali

 

Wertheim menambahkan bahwa pendekatan studi ini juga menunjukkan temuan yang mengejutkan. Tim melihat lebih dari dua pertiga epidemi yang coba disimulasikan punah.

"Itu berarti jika kami dapat kembali ke masa lalu dan mengulangi tahun 2019 sebanyak seratus kali, dua dari tiga kali, Covid-19 akan gagal dengan sendirinya tanpa memicu pandemi. Temuan ini mendukung gagasan bahwa manusia terus-menerus dibombardir dengan patogen zoonosis," jelas dia.

Wertheim mencatat bahwa bahkan ketika SARS-CoV-2 beredar di China pada musim gugur 2019, model para peneliti menunjukkan itu terjadi pada level rendah hingga setidaknya Desember tahun itu.

Baca juga: Setahun Pandemi Covid-19, Ini 6 Hal terkait Virus Corona yang Masih Jadi Misteri

 

Penulis studi menegaskan strain asli SARS-CoV-2 menjadi epidemi, karena tersebar luas, dan karena berkembang di daerah perkotaan di mana penularannya lebih mudah.

Dalam simulasi epidemi yang melibatkan komunitas pedesaan yang kurang padat, epidemi punah 94,5 hingga 99,6 persen dari waktu. Virus tersebut telah bermutasi beberapa kali, dengan sejumlah varian menjadi lebih mudah menular.

"Pengawasan pandemi tidak disiapkan untuk virus seperti SARS-CoV-2 (virus corona China). Kami sedang mencari SARS atau MERS berikutnya, sesuatu yang membunuh orang pada tingkat yang tinggi, tetapi jika dipikir-pikir, kami melihat bagaimana virus yang sangat mudah menular dengan tingkat kematian yang sederhana juga dapat melemahkan dunia," kata Wertheim.

 

Baca juga: Berapa Lama Virus Corona Bertahan di Permukaan Benda?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com