Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Virus Corona B.1.1.7 Inggris Lebih Mematikan, Studi Ini Jelaskan

Kompas.com - 11/03/2021, 09:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com- Varian virus corona B.1.1.7 yang mutasi pertamanya ditemukan di Inggris telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dalam sebuah studi menunjukkan bahwa varian ini lebih mematikan.

Tingkat kematian karena Covid-19 dari infeksi strain baru virus corona ini lebih tinggi.

Saat pertama kali teridentifikasi pada akhir tahun 2020, varian B.1.1.7 ini membuat pemerintah setempat menerapkan lockdown kota London, guna mencegah penyebaran mutasi virus corona baru tersebut.

Namun, ternyata strain baru dari virus corona SARS-CoV-2 asal Inggris mengalami mutasi yang membuatnya menjadi lebih menular dari strain aslinya.

Dilansir dari Reuters, Kamis (11/3/2021), studi baru menemukan 30 persen dan 100 persen dari varian virus corona B.1.1.7 Inggris lebih mematikan daripada varian dominan sebelumnya.

Baca juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Masuk Indonesia, Ini Macam Varian Covid-19

 

Dalam sebuah studi, peneliti membandingkan tingkat kematian di antara orang-orang di Inggris yang terinfeksi oleh varian baru SARS-CoV-2, B.1.1.7, terhadap pasien Covid-19 yang terinfeksi varian lain dari virus corona penyebab Covid-19.

Para ilmuwan mengatakan bahwa ternyata varian virus corona Inggris, B.1.1.7 menunjukkan angka kematian yang secara signifikan lebih tinggi.

Varian B.1.1.7 pertama kalinya terdeteksi di Inggris pada September 2020.

Baca juga: Kasus Mutasi Virus Corona B.1.1.7 di Indonesia Bertambah, Apa Saja Gejala Covid-19 Inggris Ini?

 

Sejak itu, sudah lebih dari 100 negara yang melaporkan munculnya varian tersebut di negara mereka, termasuk yang belum lama ini ditemukan di Indonesia.

Varian Covid-19 Inggris ini memiliki sedikitnya 23 mutasi dalam kode genetiknya. Itu adalah jumlah yang relatif tinggi.

Bahkan, beberapa di antaranya membuatnya jauh lebih menular dan mudah menyebar.

Para ilmuwan mengatakan bahwa risiko penularannya sekitar 40-70 persen, dibandingkan pada varian dominan yang sebelumnya beredar.

Baca juga: Varian Baru B.1.1.7 Ditemukan di Indonesia, Epidemiolog Sebut Sangat Wajar

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com