Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria di Hong Kong Dirawat di RS karena Virus Langka dari Monyet

Kompas.com - 11/04/2024, 17:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Pusat Perlindungan Kesehatan Hong Kong melaporkan, seorang pria berusia 37 tahun berada dalam kondisi kritis setelah dinyatakan positif mengidap virus langka.

Patogen tersebut, yang dikenal sebagai virus herpes simiae atau 'virus B', dibawa secara alami melalui urine, kotoran, dan air liur kera, yang berkeliaran di beberapa tempat umum di Hong Kong.

Menurut keluarga pasien, pria tersebut menderita luka akibat gigitan salah satu hewan saat dia mengunjungi Kam Shan Country Park di Hong Kong , yang juga dikenal sebagai Monkey Hill, pada akhir Februari 2024.

Sebulan kemudian, pria tersebut datang ke Rumah Sakit Yan Chai dalam kondisi demam dan penurunan kesadaran, dan sejak itu, dia dirawat di unit perawatan intensif. Hingga 3 April 2024, belum ada laporan resmi lebih lanjut mengenai kondisi pria tersebut.

Mengingat frekuensi kontak antara manusia dan monyet di kota tersebut, cukup mengejutkan bahwa kasus ini merupakan yang pertama terjadi di Hong Kong. Namun, sebenarnya, virus ini, yang sebagian besar strukturnya sama dengan virus herpes simpleks 1 dan 2, tidak begitu nyaman berada di tubuh manusia seperti pada tubuh kera.

Baca juga: Bagaimana Cara Mengobati Cacar Monyet?

Gejala dan angka kematian

Sejak infeksi pertama pada manusia yang terdokumentasi pada tahun 1932, hanya 50 orang di seluruh dunia yang dinyatakan positif mengidap virus tersebut. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit di AS, 21 orang yang terinfeksi meninggal dunia.

Tanpa pengobatan, angka kematian lebih dari 70 persen dari mereka yang terinfeksi, namun peluang untuk bertahan hidup telah meningkat selama beberapa dekade dengan diperkenalkannya terapi antiviral.

Namun, angka tersebut bukannya nol; hanya tiga tahun yang lalu, pada tahun 2021, seorang dokter hewan berusia 53 tahun yang berbasis di Beijing menjadi kematian pertama akibat virus B di Tiongkok.

Kematian biasanya terjadi karena peradangan pada sistem saraf pusat, karena virus menyebabkan pembengkakan otak dan sumsum tulang belakang.

Dalam kasus yang tidak terlalu parah, pasien mengalami gejala mirip flu termasuk demam, kelelahan, nyeri otot dan sakit kepala. Namun, ada juga pasien yang mengalami sesak napas, sakit perut, dan bahkan cegukan.

Baca juga: Manusia Sebarkan Lebih Banyak Virus ke Hewan, Bukan Sebaliknya

Meskipun tingkah laku monyet menarik bagi wisatawan, percampuran populasi hewan dan manusia yang begitu dekat meningkatkan kemungkinan munculnya virus yang berpotensi mematikan.

Untuk saat ini, virus B masih menjadi ancaman yang langka dan tidak biasa. Meskipun demikian, disarankan untuk menjaga jarak yang aman dari kera dalam situasi apa pun, tidak hanya demi keselamatan manusia, namun juga kesehatan hewan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com