KOMPAS.com - China tengah menghadapi lonjakan kasus pneumonia, yang utamanya menyerang anak-anak. Peningkatan kasus pneumonia secara nasional dilaporkan pertama kali oleh Komisi Kesehatan Nasional China pada tanggal 13 November 2023.
Sejak tanggal 13 November, hanya dalam waktu satu minggu, pemerintah China mencatat 205 klaster influenza. Sementara itu, seminggu sebelumnya, hanya terdeteksi 127 klaster.
Sejauh ini, pasien yang terjangkit pneumonia melaporkan gejala demam, kelelahan, dan batuk. Rumah sakit anak di beberapa kota, seperti Beijing, Tianjin, dan Liaoning, pun menerima lonjakan pasien dalam beberapa waktu terakhir.
Kenaikan kasus pneumonia di China ini juga memicu kekhawatiran global atas kemungkinan adanya ancaman pandemi baru, empat tahun setelah COVID-19 pertama kali muncul di negara tersebut.
Pada 22 November 2023, World Health Organization (WHO) telah meminta hasil penyelidikan yang dilakukan pemerintah China terkait penyebab wabah pneumonia yang sedang terjadi. Berdasarkan laporan yang disampaikan pemerintah China, kenaikan kasus pneumonia ini disebabkan oleh beberapa patogen saluran pernapasan. Berikut adalah penjelasannya.
Baca juga: Kali Pertama, Vaksin Pneumonia Pfizer Bisa Diberikan untuk Semua Usia
Menurut epidemiolog dr. Dicky Budiman, M.Sc,PH., bakteri mycoplasma sudah menyebabkan peningkatan kasus pneumonia di pertengahan tahun ini. Ia mengatakan, sebenarnya, bakteri ini bisa diterapi dengan antibiotik sehingga infeksinya jarang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
"Namun, saat ini, dilaporkan bahwa kasusnya lebih berat dan membutuhkan perawatan," ujarnya kepada Kompas.com.
Sebagaimana dilaporkan, salah satunya dari Taiwan, bakteri mycoplasma ini sudah banyak yang resistan atau kebal terhadap antibiotik.
"Ini salah satu dugaan kenapa lebih banyak kasus anak-anak yang terinfeksi dan harus dirawat di rumah sakit," kata dr. Dicky.
Penyebab yang kedua adalah influenza. dr. Dicky mengungkapkan, selama pandemi COVID-19, kasus influenza menurun drastis. Pasalnya, saat itu, masyarakat banyak yang memakai masker, menjaga jarak, dan menerapkan protokol kesehatan lainnya.
Baca juga: Benarkah Pneumonia Bisa Menular?
"Namun, ketika status emergency public health ini dicabut oleh WHO, perilaku masyarakat kembali seperti sebelum pandemi. Akhirnya, ini membuat kasus influenza meningkat," ucapnya.
"Ini juga yang dilaporkan pada peningkatan kasus pneumonia di China dengan influenza yang lebih berat pada anak di bawah lima tahun dan orang dewasa," imbuh dr. Dicky.
Penyebab lonjakan kasus pneumonia yang ketiga adalah infeksi RSV dan adenovirus. Sebagaimana influenza, infeksi ini juga bisa berat pada anak-anak.
RSV dapat menyebabkan infeksi pada paru-paru dan saluran pernapasan. Virus ini sangat umum menyerang anak-anak, meski bisa juga menginfeksi orang dewasa.
Sementara itu, adenovirus dapat menyebabkan penyakit pernapasan yang ringan hingga berat. Anak-anak atau orang dewasa yang terserang adenovirus mengalami berbagai macam gejala, termasuk flu, demam, sakit tenggorokan, pneumonia, dan lain-lain.
Baca juga: Pneumonia Covid-19 dan Gagal Jantung, Studi Ini Tunjukkan Perbedaannya