Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Covid-19 Bentuk Pil Mulai Uji Klinis ke Manusia Juni 2021

Kompas.com - 25/03/2021, 07:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Vaksin virus corona dalam bentuk pil akan memasuki tahap pertama uji klinis tahun ini.

Oravax, perusahaan yang mengembangkan vaksin pil mengumumkan dalam siaran pers bahwa pihaknya siap melakukan uji klinis tahap pertama pada manusia pada bulan Juni.

Langkah tersebut adalah tahap paling awal dari pengembangan vaksin.

Tidak ada jaminan keberhasilan, dan meskipun berhasil, mungkin perlu waktu satu tahun atau lebih sebelum diizinkan untuk digunakan.

Untuk diketahui, vaksin Covid-19 dari Moderna dan Pfizer memulai uji klinis ke manusia, masing-masing pada Maret dan Mei 2020.

Baca juga: Sinovac Sebut Vaksin Covid-19 Miliknya Aman untuk Anak Berusia 3 Tahun

Vaksin oral atau bentuk pil adalah salah satu alternatif yang sedang dinilai untuk vaksin "generasi kedua", yang dirancang agar lebih berskala, lebih mudah diberikan, dan lebih sederhana didistribusikan.

Dilansir Business Insider, Selasa (23/3/2021), Oravax adalah usaha patungan dua firma, yakni perusahaan Israel-Amerika Oramed dan perusahaan India Premas Biotech.

"Vaksin oral memungkinkan orang untuk mengonsumsi vaksin sendiri di rumah," kata Nadav Kidron, CEO Oramed, mengatakan dalam rilisnya.

Kidron menambahkan, vaksin pil dapat disimpan pada suhu kamar.

"Dengan begitu vaksin pil lebih mudah didapatkan di mana pun di seluruh dunia," imbuhnya seperti dilaporkan Jerusalem Post.

Prinsip kehati-hatian

Dalam email ke Insider, Prof Paul Hunter, Profesor Kedokteran di University of East Anglia, menyampaikan catatan kehati-hatian.

"Kami membutuhkan studi yang benar untuk membuktikan manfaat (vaksin oral)," katanya.

"Tapi mungkin (vaksin oral) bermanfaat untuk orang yang sangat fobia jarum dan mungkin lebih mudah dan lebih cepat untuk diberikan."

Vaksin oral juga dapat menawarkan manfaat lain dibandingkan vaksin yang disuntik, kata Hunter kepada Insider.

Vaksinasi Covid-19 bagi kelompok lanjut usia (lansia) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mulai dilaksanakan di BBPK Jakarta Kampus Hang Jebat, Jakarta, Senin (22/3/2021). Vaksinasi Covid-19 ini bisa dilakukan bagi lansia yang memiliki kartu tanda penduduk (KTP) DKI Jakarta dan non-DKI Jakarta.KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Vaksinasi Covid-19 bagi kelompok lanjut usia (lansia) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mulai dilaksanakan di BBPK Jakarta Kampus Hang Jebat, Jakarta, Senin (22/3/2021). Vaksinasi Covid-19 ini bisa dilakukan bagi lansia yang memiliki kartu tanda penduduk (KTP) DKI Jakarta dan non-DKI Jakarta.

"Hal tentang vaksin sistemik (suntikan di lengan) karena mereka umumnya sangat baik dalam mencegah penyakit yang parah, tetapi seringkali tidak bagus dalam mencegah infeksi."

Teorinya, karena infeksi pertama kali terjadi di hidung dan tenggorokan, vaksin yang difokuskan pada area tersebut akan membantu menghentikan infeksi sebelum berkembang menjadi lebih buruk.

Data tentang vaksin Oravax belum dipublikasikan hingga saat ini.

"Hasil penelitian pada hewan sangat menggembirakan," kata Hunter kepada Insider.

"Tapi jangan berasumsi bahwa hasil hewan akan sama jika diterapkan ke manusai."

"Kami membutuhkan studi manusia untuk memastikannya," katanya.

Jenis lain dari vaksin generasi kedua sedang diselidiki, seperti vaksin yang semprotan melalui hidung.

Baca juga: Vaksin Nusantara Pengembangan Harus Sesuai Kaidah Ilmiah dan Medis, Ini Kata Ahli

Dilaporkan The Independent, 25 Februari 2021, Prof Sarah Gilbert, ilmuwan utama pengembang vaksin Oxford-AstraZeneca, mengatakan bahwa Oxford sedang menilai kemungkinan mengembangkan tablet dan vaksin semprotan hidung.

Universitas Oxford menolak untuk menjawab pertanyaan tentang vaksin oral sebelum dipublikasikan.

Perusahaan lain, ImmunityBio, sedang menjalankan uji klinis Fase 1 dari versi lisan vaksin. Namun, ini akan digunakan lebih sebagai dosis penguat untuk vaksin intramuskular, daripada vaksin itu sendiri.

Sejauh ini, satu-satunya tes vaksin Covid-19 oral yang dilakukan pada manusia belum berhasil.

Pada akhir tahun 2020, sebuah perusahaan bernama Vaxart mengumumkan hasil yang baik pada uji coba pada hewan, namun pada uji coba manusia yang pertama mendapat respon yang mengecewakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seberapa Bahaya Turbulensi Pesawat Terbang?

Seberapa Bahaya Turbulensi Pesawat Terbang?

Oh Begitu
Bagaimana Bahasa Berkembang?

Bagaimana Bahasa Berkembang?

Fenomena
Obat Penumbuh Gigi Segera Diuji pada Manusia

Obat Penumbuh Gigi Segera Diuji pada Manusia

Fenomena
Apakah Aturan Sebelum 5 Detik itu Benar? Sains Punya Jawabannya

Apakah Aturan Sebelum 5 Detik itu Benar? Sains Punya Jawabannya

Oh Begitu
Perubahan Iklim Terbukti Ganggu Kesehatan Saraf

Perubahan Iklim Terbukti Ganggu Kesehatan Saraf

Fenomena
Bagaimana Manusia Prasejarah Mengolah Logam?

Bagaimana Manusia Prasejarah Mengolah Logam?

Fenomena
Mengapa Kita Suka Bernyanyi di Kamar Mandi?

Mengapa Kita Suka Bernyanyi di Kamar Mandi?

Kita
Bisakah Evolusi Menghadirkan Kembali Dinosaurus?

Bisakah Evolusi Menghadirkan Kembali Dinosaurus?

Oh Begitu
Mengapa Beberapa Orang Bersikap Jahat di Internet? Psikologi Jelaskan

Mengapa Beberapa Orang Bersikap Jahat di Internet? Psikologi Jelaskan

Kita
Platipus Tidak Punya Perut, Kenapa Begitu?

Platipus Tidak Punya Perut, Kenapa Begitu?

Oh Begitu
Hewan Apa yang Tercepat di Lautan?

Hewan Apa yang Tercepat di Lautan?

Oh Begitu
Speculoos-3b, Planet Seukuran Bumi yang Waktu Orbitnya Hanya 17 Jam

Speculoos-3b, Planet Seukuran Bumi yang Waktu Orbitnya Hanya 17 Jam

Fenomena
5 Alasan Orang Berselingkuh Menurut Sains

5 Alasan Orang Berselingkuh Menurut Sains

Kita
Rambut Beethoven Ungkap Masalah Kesehatan Sang Komposer

Rambut Beethoven Ungkap Masalah Kesehatan Sang Komposer

Kita
Apakah Psikopat Bisa Jatuh Cinta?

Apakah Psikopat Bisa Jatuh Cinta?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com