Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli: Efikasi Vaksin Covid-19 Berbeda-beda, Masyarakat Jangan Khawatir

Kompas.com - 11/01/2021, 19:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Ahli mengingatkan agar masyarakat tidak meragukan vaksin Covid-19 hanya dari nilai efektivitas dan keamanan vaksin hanya berdasarkan perbandingan presentase efikasi setiap kandidat vaksin corona yang ada.

Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Prof Dr dr Cissy Kartasasmita SpA(K) MSc melalui Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Minggu (10/1/2021).

Seperti diketahui, pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. 9860/2020 menyetujui 6 vaksin Covid-19 untuk masyarakat Indonesi yaitu Sinovac Biotech Ltd, Merah Putih dari Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna dan Pfizer-BioNTech.

Menurut Profesor Cissy yang sekaligus Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), memang setiap jenis vaksin Covid-19 yang ada memiliki presentasi efikasi yang berbeda-beda.

Baca juga: Prioritas Vaksin Covid-19, Kenapa Lansia Tidak Divaksin Duluan?

 

Namun, untuk setiap jenis vaksin Covid-19 itu juga, jika Badan Pengwas Obat dan Makanan (Badan POM) telah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA), maka artinya Badan POM sudah menjamin 3 aspek penting yaitu keamanan, mutu dan khasiat dari vaksin tersebut.

Penilaian efikasi vaksin Covid-19 

Melansir keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), efikasi vaksin adalah kemampuan vaksin untuk memberikan manfaat bagi individu yang diberi imunisasi atau vaksinasi.

Adapun, manfaat yang dimaksudkan adalah manfaat untuk hidup sehat dan mensejahterakan masyarakat karena terlindungi dari penyakit-penyakit yang berbahaya.

Baca juga: BPOM Jelaskan Perkembangan Vaksin Covid-19 dari Keamanan, Khasiat dan Mutu

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis calon vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). Simulasi tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan tenaga medis dalam penanganan dan pengujian klinis tahap III calon vaksin Covid-19 produksi Sinovac kepada 1.620 relawan.ANTARA FOTO/M AGUNG RAJASA Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis calon vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). Simulasi tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan tenaga medis dalam penanganan dan pengujian klinis tahap III calon vaksin Covid-19 produksi Sinovac kepada 1.620 relawan.

Profesor Cissy menjelaskan bahwa sesuai dengan rekomendasi WHO, vaksin dengan efikasi di atas 50 persen dapat digunakan oleh masyarakat luas dalam upaya pengendalian pandemi Covid-19 yang saat ini masih berlangsung.

Oleh sebab itu, jika Anda membaca ada perbandingan presentasi efikasi di antara keenam kandidat yang disetujui pemerintah, maka Anda tidak harus menolak jika saatnya nanti Anda dijadwalkan diberikan vaksin dengan presentasi yang sedikit lebih rendah, tetapi tetap hasil efikasinya di atas dari 50 persen.

"Jika vaksin A memiliki efikasi 70 persen dan vaksin B memiliki efikasi 90 persen, bukan berarti vaksin B lebih baik dari vaksin A," jelas Profesor Cissy.

Baca juga: Apa Syarat BPOM Bisa Terbitkan Izin Vaksin Covid-19?

 

Ia juga menambahkan, dengan efikasi yang tinggi, maka cakupan rasio vaksinasi bisa dilakukan tidak terlalu tinggi.

Begitu sebaliknya, kalau efikasi jenis vaksin Covid-19 tersebut tidak terlalu tinggi, maka cakupan vaksinasinya harus lebih besar.

"Tapi bukan berarti yang satu lebih baik dari yang lain. Selama efikasi di atas 50 persen sesuai rekomendasi WHO, dan Badan POM sudah mengeluarkan izin penggunaan (EUA), maka saya tegaskan vaksin tersebut aman untuk digunakan," tegasnya.

Baca juga: Mutasi Virus Afrika Selatan Lebih Mengkhawatirkan, Mungkinkah Vaksin Covid Efektif?

Petugas kesehatan mempersiapkan vaksin COVID-19 saat simulasi pelayanan vaksinasi di Puskesmas Kemaraya, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (18/12/2020). Simulasi tersebut dilaksanakan agar petugas kesehatan mengetahui proses penyuntikan vaksinasi COVID-19 yang direncanakan pada Maret 2021. ANTARA FOTO/Jojon/rwa.ANTARA FOTO/JOJON Petugas kesehatan mempersiapkan vaksin COVID-19 saat simulasi pelayanan vaksinasi di Puskesmas Kemaraya, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (18/12/2020). Simulasi tersebut dilaksanakan agar petugas kesehatan mengetahui proses penyuntikan vaksinasi COVID-19 yang direncanakan pada Maret 2021. ANTARA FOTO/Jojon/rwa.

Semakin cepat vaksin dilakukan dan semakin banyak masyarakat yang divaksin, maka pandemi semakin cepat ditangani hingga diharapkan kasusnya nol.

"Ini bukan tidak mungkin karena ada negara yang sudah melaporkan kasus nol," ucap dia.

Efek samping vaksin Covid-19

Adapun perihal kekhawatiran lanjutan yaitu mengenai efek samping atau yang disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), ternyata sesuai hasil uji klinik yang telah dilakukan, sangat jarang ditemukan.

Baca juga: Kabar Baik, Vaksin Covid Pfizer Efektif Lawan Mutasi Virus Corona Baru

 

Jika pun ada yang mengalami efek samping, umumnya hanya bersifat ringan dan mudah diatasi.

"KIPI itu ada yang ringan seperti merah atau bengkak di tempat penyuntikan atau demam," kata dia.

"Namun, itu akan hilang satu-dua hari sesudahnya. Maka dari itu, setiap orang yang baru selesai disuntik harus menunggu 30 menit untuk diobservasi," imbuhnya.

Akan tetapi, Profesor Cissy juga mengingatkan bahwa, meskipun sudah ada vaksin, masyarakat diimbau untuk terus mematuhi protokol kesehatan yang ketat.

Baca juga: Dalam Uji Coba Brasil, Vaksin Covid-19 Sinovac Efektif 78 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com